Hana's Area
Tulisan tergantung mood, saat ini sedang jatuh cinta
Daftar Blog Saya
Senin, 18 Oktober 2021
Buka-bukaan
Senin, 09 Agustus 2021
Tertampar Sampai Kena Mental
Tertampar Sampai Kena
Mental
Aku
tahu, Fathan kembali lagi ke Ibukota setelah sekitar 2-3 pekan berlebaran di
tanah kelahirannya. Keberadaan Fathan aku lihat lewat Insta Storiesnya ketika
mengunggah foto di bandara hingga video dijemput dua orang temannya setiba di
Jakarta.
Rasanya
ingin sekali bertemu tapi tak memiliki alasan jelas. Akhirnya aku pun mencoba
menghubunginya lewat dm Instagram. Aku memastikan dia benar di Jakarta dan dia
bilang baru sampai.
Fans
tak tahu diri ini langsung menodong sang idola untuk meetup. Fathan sepertinya
tipe orang yang tak enakan untuk menolak ajakan. Padahal, aku tahu kalau
ucapannya hanya basa-basi agar aku diam juga.
“Ayo main Taaaa,” kataku di
tanggal 21 Mei 2021.
Dia pun mengiyakan namun tak
menyebutkan kapan waktu pasti bisa bertemu denganku. “Oke kalau udah santai
ya,” katanya dengan menyisipkan emotikon nyengir.
Aku yang sudah trauma pernah jadi
korban PHP di masa lalu ini pun langsung menegaskan bahwa dia tak hanya
membual. Ya, aku butuh jawaban tegas meskipun terkesan aku sebagai fans tak
tahu diri.
“Beneran yak wkwkwk.. Gimana
caranya gue tau lu udah santai?” tanyaku.
Dia bilang akan mengabari ketika
sudah tak sibuk. “Nanti dikasih tahu Hanaaa wkwkw,” katanya.
Aku yakin, ada rasa jengkel pasti
di hatinya menghadapi aku yang sok kenal sok dekat dan terkesan memaksa untuk
bertemu. Ya, aku sadari itu hatiku yang menyuruh. Hati ini yang terpikat padamu
walaupun kami beda kasta.
Singkat cerita, aku menemukan
sebuah unggahan di sosial media tentang show standup comedy salah satu komika
asal Tangerang Selatan. Jujur, aku hanya tahu dia tapi tidak begitu mengikuti.
Tapi, ada yang membuat
perhatianku langsung tertuju pada flyer show tersebut. Ya, Fathan menjadi
komika pembuka dalam show yang bakal di gelar pada 27 Juni 2021 itu. Aku yang
sudah kepalang rindu pada Fathan pun tak membutuhkan waktu berpikir. Langsung
ku hubungi contact person pemesanan tiket tersebut.
Akupun lantas membeli satu tiket
untukku sendiri. Entahlah, aku bingung mau mengajak siapa karena sulit
menemukan teman di sekelilingku yang rela mengeluarkan uang untuk menonton
pertunjukkan stand up comedy.
Sebutlah si contact person itu
bernama Rizal yang lantas ku panggil dengan sebutan ‘kak’ biar gue sok imut aja
gitu wkwk. Aku pun sudah notice Rizal bahwa tujuanku sebenarnya untuk nonton Fathan,
bukan sang bintang dalam penampilan tersebut.
Secara tidak langsung, aku sudah
memberikan tanda bahwa aku menyukai Fathan. Semua candaanku dengan Rizal tak
henti-hentinya menyebut nama Fathan. Sampai aku bilang mau duduk yang bisa
sandaran dengan Fathan.
Akhirnya, sekitar satu minggu
kemudian aku berhasil mengajak salah satu temanku untuk ikut membeli tiket
stand up comedy tersebut. Aku langsung menghubungi Rizal untuk beli satu tiket
lagi.
Kemudian, aku dan Rizal pun
saling berbalas pesan di whatsapp hingga di luar keperluan membeli tiket. Rizal
mengajakku untuk datang ke tempat open mic para komika Tangsel. Pikirku, aku
ngga punya alasan untuk menolak, ya hitung-hitung melepas penat setelah bekerja
seharian.
Aku ingat, itu malam minggu
tanggal 19 Juni 2021 dalam kondisi badanku yang sebenarnya tidak terlalu fit.
Saat itu, aku merasa agak pusing seperti akan terserang flu. Tapi, karena sudah
berjanji sebelumnya, aku tetap berangkat.
Rizal menjemputku di dekat SMA
yang menjadi almamaterku. Sekitar 10 menit aku menunggu dan akhirnya dia
datang. Alasanku tak ingin dijemput di rumah karena privacy dengan orang yang
baru dikenal.
Di jalan kami biasa saja,
mengobrol hingga suara terbawa angin tak terdengar. Aku lupa apa di jalan itu
aku membicarakan Fathan dengannya atau tidak. Tujuanku membicarakan Fathan,
agar dia tak terlalu berharap denganku. Aku merasa kalau dia lagi melakukan
PDKT denganku.
Tiba di salah satu kafe di
BSD yang menjadi lokasi open mic para
komika Tangsel. Setelah memesan kopi, aku pun ke atas tempat para komika
mengetes materinya di hadapan penonton. Saat itu, Rizal terlihat sibuk mengurus
acara tersebut. Sementara aku mengambil posisi duduk di belakang sembari
menikmati es kopi susu yang ku pesan.
Aku pun mulai menonton beberapa
komika yang mengetes materinya. Sampai di tengah acara, aku merasa kebelet dan
bergegas ke toilet. Ketika aku di toilet, Rizal rupanya menanyakan keberadaanku
melalui whatsapp.
Tak lama aku langsung kembali ke atas
setelah selesai dari toilet. Aku berpindah duduk karena tempatku sebelumnya
sudah ditempati orang lain. Rizal kemudian menghampiriku dan mengajakku
mengobrol.
Rizal juga bilang kalau ada Fathan
di acara ini. Wah, moodku langsung naik jutaan kali lipat waktu tahu kalau ada
idola yang sudah naik pangkat jadi gebetanku itu di tempat yang sama. Aku pun
langsung berusaha mencari di mana Fathan, tapi tetap aku tak bisa melihatnya.
Aku dapat merasakan keberadaan Fathan
ketika dia naik untuk open mic mengetes beberapa materi stand upnya. Aku begitu
terhibur dengan materinya dan pastinya aku sangat-sangat bahagia bisa berada di
tempat yang sama dengannya.
Tak henti-hentinya, ketika Fathan
berada di atas panggung, aku dalam hati melantunkan shalawat Nabi. Setahuku, ketika
kita menginginkan sesuatu dan melantunkan shalawat Nabi, niscaya apa yang kita
inginkan bakal dengan mudah menjadi milik.
Setelah Fathan turun panggung,
akupun bisa melihat dia dengan lebih jelas. Aku ingat dia berdiri di dekat
tangga sembari mengobrol dengan salah satu komika. Tak berhenti ku perhatikan
dia sembari terus melantunkan shalawat nabi. Hihihi.. aku ngga tahu itu benar
atau salah, tapi hatiku terus menuntun untuk melakukan hal tersebut.
Open mic selesai, Rizal
mengajakku untuk nongkrong bareng komika Tangsel di salah satu angkringan yang berada di Ciater.
Ketika masih berada di kafe, aku pun mencoba untuk lewat-lewat di hadapan Fathan.
Aku hanya mengetes, apakah Fathan masih ingat dengan rupaku yang pernah dia
lihat dua bulan lalu.
Ah.. ternyata Fathan sudah tak
hafal dan tak ada tanda-tanda dia mengenalku. Aku pun langsung mengirim dm
kepadanya untuk mengabarkan bahwa aku ada di dekatnya.
“Ta, lo di Diorama Kafe ya?”
tanya ku basa-basi melalui dm Instagram.
“Wkwk iya Hana,” jawabnya.
“Et gue di belakang elu ini,”
kataku lagi yang tak dibalas oleh Fathan.
Dari kafe menuju angkringan,
posisi motor Fathan tepat berada di depanku dan Rizal. Fathan saat itu
dibonceng oleh temannya. Aku pun tak berhenti terus melantunkan shalawat nabi
dalam hati sembari meladeni obrolan Rizal.
Ingin rasanya aku berada di motor
yang sama dengan Fathan. Ah tapi itu tak mungkin, mengingat wajahku saja Fathan
tak mampu apalagi bisa mengajakku untuk satu motor dengannya. Tapi, dengan
berada di tempat yang sama dengan dia saja pun sudah menjadi anugerah untukku.
Tiba di angkringan, aku pun
langsung mengambil posisi duduk tepat di hadapan Fathan. Rupanya keberuntungan
sedang berada di pihakku. Fathan pun melihatku dan menyapa berbarengan dengan
aku yang memanggilnya juga.
“Hanaaa,” katanya.
‘Oh Tuhan, ini aku lagi mimpi
ngga sih’, ucapku dalam hati sembari memandang makhluk Tuhan yang indah ini.
Aku ingat, makanan pesanan Fathan malam itu. Dia makan pecel lele, nasi dan
juga sepotong tempe.
Aku sendiri hanya minum air
mineral lantaran sudah makan sebelum pergi ke tempat open mic. Fathan pun
menanyakan ‘lo nggak makan Na?’ tanyanya. Aku pun menjawab tidak dengan alasan
takut berat badanku naik hahahaa.. Mungkin harusnya aku tak menjawab itu karena
terkesan begitu drama. Lebih baik jika
aku beralasan takut susah bangun pagi kalau makan malam.
Di momen itu, aku dan Fathan
banyak berbincang terlebih mengenai rekomendasi penginapan di Lampung. Ya, aku
berencana ke Lampung untuk hadir di special show Fathan dan dia tahu itu.
Lumayan tek-tok aku mengobrol
dengan Fathan dan aku sudah tak terlalu awkward seperti pertama ketemu. Fathan
pun memberikan beberapa rekomendasi penginapan yang bagus di Lampung.
Sebenarnya itu hanya basa-basiku saja karena aku sudah membooking penginapan
selama di Lampung.
Aku lupa bagaimana mulanya hingga
percakapan kami, aku, Fathan dan salah satu komika berbicara soal perempuan
menjaga diri. Sampai aku mengeluarkan statement ku sebagai seorang perempuan
satu-satunya di sana.
“Kalau buat gue, yang bisa jaga
diri gue sepenuhnya ya diri gue sendiri. Gue pun ngga bisa melarang orang untuk
nggak berbuat tak baik pada gue,” kataku saat itu.
Di momen itu pula, aku tahu kalau
Fathan baru putus dengan kekasihnya. Fathan bilang kalau dia lagi-lagi
ditinggal taaruf oleh kekasihnya yang berada di kota asalnya itu. Sampai
akhirnya ku beranikan tanya soal alasan mereka putus.
“Gara-gara lo tinggalin ke sini
Ta?” tanyaku.
Fathan bilang bukan itu
alasannya. Menurutnya sang mantan meninggalkannya lantaran Fathan belum siap
menikah. Di situ aku langsung kasih sedikit saran untuk Fathan.
“Kalau gitu, lo carinya yang
lebih muda dari lo Ta,” saranku pada Fathan.
Tapi Fathan justru mengelak, dia
rupanya lebih suka dengan wanita yang lebih tua. Dia bilang mantannya pun
setahun lebih tua darinya. Dia kurang suka berpacaran dengan wanita yang lebih
muda lantaran umumnya masih mencari jati diri.
“Kalau sama yang mudaan, jam
segini biasanya masih di luar. Kalau yang udah seumur gue kan pasti sudah
malas-malas keluar malam kan,” jawabnya.
Wah, gue seperti tertampar
bolak-balik sih dengarnya. Pertama, karena Fathan lebih suka wanita lebih tua
sementara usia gue dua tahun di bawah Fathan. Kedua soal omongan Fathan ‘jam
segini biasanya masih di luar’ dan itupun gue lagi di luar, berhadapan dengan Fathan.
Ingin rasanya gue langsung pulang
buat nunjukkin pada Fathan kalau gue ngga suka keluar malam. Ah tapi, gue kayak
sudah tertangkap basah dan terjebak pada situasi yang salah. Ingin pulang tapi
masih ingin menghabiskan waktu dengan Fathan. Ingin tetap di situ tapi sindiran
Fathan kena mental gue banget.
Perbincangan gue dengan Fathan
begitu menyenangkan untuk gue pribadi. Gue sudah nggak segrogi saat awal
bertemu di The Breeze 24 Maret lalu. Obrolan kita pun cukup nyambung sampai aku
menghiraukan Rizal yang duduk tepat di sebelahku.
Jam di hp gue menunjukkan pukul
00.30 WIB dan gue benar-benar mau pulang. Awalnya gue ngide untuk pulang
sendiri pakai ojek online karena nggak mau ngerepotin orang. Sekaligus ingin
menunjukkan pada Fathan kalau gue ngga ada hubungan apa-apa sama Rizal.
Tapi Rizal terus membujuk gue
untuk anterin pulang. Menghindari konflik, akhirnya gue mau dianterin Rizal
pulang sampai depan komplek sesuai permintaan gue juga. Di jalan, gue mencoba
terus nge-cut Rizal dengan mengungkapkan betapa suka dan tertariknya gue pada Fathan.
Rizal terlihat tidak nyaman
dengan obrolan gue itu. Tapi, itu cara gue buat nge-cut dia agar ngga terlalu
berharap untuk mendekati gue karena gue pun sedang mengusahakan Fathan.
Walaupun gue tahu itu sulit buat terealisasikan. Setidaknya, mengagumi,
menyukai dan mencintai Fathan dalam diam sudah memberikan kebahagiaan untukku.
Setibanya di rumah, aku masih
belum bisa berhenti memikirkan Fathan. Ingin rasanya aku lebih lama berada di
hadapannya untuk berbagi obrolan. Hatiku tak kuat untuk menahan rasa galau yang
menghampiri itu. Sebelum tidur, ku ambil ponselku dan membuka profil Instagram Fathan.
Aku tak bisa menahan hasrat untuk
mengirim dm pada Fathan. Saat itu, aku hanya ingin terus berbincang dengannya.
Sebenarnya aku ngga tahu harus mengirim pesan apa padanya. Hingga akhirnya, aku
hanya bilang terima kasih untuk apa yang sebenarnya aku tak tahu alasannya.
“Taaa, thankyou yak,” kataku di tanggal 20
Juni 2021.
Nggak lama, Fathan membalas dm ku
yang selanjutnya akupun tak tahu harus membalas apa lagi. Dia menanyakan
alasanku mengucapkan terima kasih.
“Thanks buat apa hanaa,”
tanyanya.
Satu malam ku diamkan dm Fathan
sembari aku cari balasan yang tepat untuk menjawabnya. Dalam tidurku, akupun
terus berpikir balasan apa yang harus ku ketik untuk Fathan. Sementara aku
sendiri tak tahu aku berterima kasih untuk apa.
Keesokan paginya, akupun baru
menjawab dm Fathan. Aku bilang terima kasih untuk ngobrol-ngobrolnya. Ya, cuma
itu alasan yang kupunya untuk menjawab pertanyaannya.
Sementara, akupun tak berhenti
berterimakasih pada Tuhan atas kesempatan yang diberikan untuk kembali bertemu
dan ngobrol bareng dengan idola yang sudah naik tahta menjadi gebetanku itu.
Aku si Fans Agresif yang Paling Bahagia
Aku si Fans Agresif
yang Paling Bahagia
Masih bercerita tentang Fathan, idolaku yang akhirnya
merangkap menjadi gebetanku. Ya, kali ini aku mau bercerita tentang momen
pertama kali bertemu dengan Fathan yang tak pernah ku duga sebelumnya. Semua
itu bisa terwujud dengan keyakinan, keagresifan dan takdir Tuhan
Sampai mendapat sinyal kalau Fathan
mengizinkan aku untuk menemuinya, tanpa pikir panjang akupun langsung
bertindak. Aku yang saat itu sedang WFH rela menyetop sejenak pekerjaanku dan
bersiap untuk menemui idolaku itu di tanggal 24 Maret 2021.
Tak lama untukku bersiap-siap
demi bertemu dengan Fathan. Aku hanya menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit
untuk mandi, salat dzuhur dan make up kilat. Sampai akhirnya sekitar pukul
12.30 aku langsung berangkat dengan sepeda motor berwarna merah menuju The
Breeze untuk bertemu idolaku itu.
Setibanya di parkiran The Breeze
dan turun dari motor, tiba-tiba langkahku terhenti. Aku berpikir apakah
keputusanku salah untuk menemui Fathan. Di satu sisi, aku merasa freak
menghampiri idolaku. Tapi, di sisi lain aku berpikir akan menyesel apabila
tidak ku lanjutkan rencana pertemuan ini.
Hingga aku melihat Fathan berada
di depan gedung arena bowling yang menghadap ke arah parkiran. Dia tidak
sendiri, ada teman-teman satu kompetisinya yang saat itu masih bertahan. Aku
pun semakin ragu, awkward dan malu-malu.
Langsung ku dm Fathanku itu
mengabari bahwa aku sudah berada di parkiran. Aku bilang kalau merasa awkward
dan malu lantaran mau bertemu dengannya.
“Eh lu di luar ya? Maluuu gue di
parkiran motor wkwkw. Kok gue awkward ya?” kataku pada Fathan melalui dm.
Tak butuh waktu lama, Fathan
langsung membalas dmku dan meminta untuk menghampirinya. “Hahahah sini aja,”
katanya singkat.
Aku tahu, saat dia membalas dm ku
itu dia sambil mengobrol dengan teman-temannya. Akupun memperhatikannya dari
jauh. Aku melihat pandangan Fathan tertuju pada ponselnya dan di waktu
bersamaan, terlihat di layar hp ku kalau dia sedang mengetik.
Fans yang awkward ini pun kembali
meminta Fathan meyakinkanku untuk benar-benar menemuinya. “Eh sumpaaaaaah
hahaha rameeeee.” Kataku yang saat itu sedang awkward tak terkira melihat Fathan
dari kejauhan.
Ingin menghampirinya namun aku
begitu malu. Tapi di sisi lain, keingnan untuk menatap dan berbicara langsung
dengannya begitu besar. Meskipun saat itu aku tidak tahu apa yang harus aku
bicarakan kepadanya.
“Amaan,” kata Fathan mencoba
meyakinkanku.
Aku pun memintanya untuk menoleh
kepadaku yang sedang malu-malu itu. Tapi dia tetap memintaku untuk
menghampirinya. Dan aku flash back lagi
sekarang, memang Fathan itu terkenal suka nyuruh-nyuruh hahaha.
Mencoba meyakinkan diri, akupun
langsung menghampirinya dengan tubuh yang sepenuhnya gemetaran. Sepertinya, di
situ aku mulai merasakan rasa yang bukan hanya sekadar rasa ngeafans namun sudah
pakai hati.
Akhirnya ku hampiri dia tepat di
depannya. Aku pun sempat melewatinya setengah langkah untuk mengetes apakah dia
notice denganku dan ternyata tidak. Sampai akhirnya aku sapa idolaku itu
duluan.
“Feta kan ya?” kataku memastikan.
“Hana ya?” katanya.
Aku pun mengangguk dan berjabat
tangan dengannya. Dia langsung mengajak masuk dan mengambil tempat untuk
mengobrol berdua. Di situ perasaanku campur aduk, senang, grogi, bahagia.
Perasaan itu seperti jatuh cinta yang terkahir ku rasakan pada 2013 lalu.
Obrolanku dengan Fathan pun
sebenarnya tidak jelas. Aku sih yang enggak jelas karena merasa kaget aja.
Jadilah di pertemuan pertama kami itu, aku seperti sedang menjalani pekerjaanku
sebagai wartawan kanal hiburan.
Bukan seperti mengobrol, aku dan Fathan justru
layaknya sedang melakukan wawancara. Aku tanya, ada keinginan untuk menetap di
Jakarta? Perbedaan dua kompetisi yang dijalaninya? Bagaimana persiapannya di
malam show? Ah, benar-benar seperti sedang wawancara narasumber tanpa persiapan
TOR, ya, tidak terarah.
Di tengah obrolan itu, aku
seperti sadar tidak sadar mengucapkan kalimat yang mungkin sebenarnya tidak
perlu ku lontarkan saat itu. Aku bilang
‘Cuma lo Ta, cowok yang gue kejar sebegininiya’ entah lah apa yang aku pikirkan
saat itu sampai keluar kalimat tersebut.
Aku juga bilang ke dia, kalau
Tuhan cepat sekali mengabulkan doaku. Baru saja semalam aku merengek minta foto
dengan Fathan, dan hari ini langsung dikabulkan.
Pertemuan pertama kami tutup
dengan foto bareng seperti permintaanku semalam. Ada 4 angle foto yang ku ambil
bersama Fathanku itu. Aku juga minta
izin untuk mengunggahnya di Instagram pribadiku dan dia izinkan.
Sampai akhirnya aku minta izin
untuk pulang bersamaan dengan Fathan yang juga harus geser ke tempat billiard.
Aku pun tak terlalu berharap kalau kita bakal bertemu lagi. Tapi kenginan itu
tetap ada di hatiku yang mulai mencintainya.
Ketika tiba di parkiran untuk
pulang, aku baru mengecek ponselku lagi. Ternyata, Fathan memfollowback akun
Instagramku seperti permintaanku pada 23 Oktober 2017 lalu. Permintaan itu baru
dipenuhinya setelah hampir 4 tahun berlalu.
Selain memfollowback aku, Fathan
juga mengirimi dm. Dia berterima kasih lantaran aku sudah menemuinya.
“Makasih ya Hana, udah nyamperin,
hati-hati ya,” katanya sembari menyisipkan emotikon senyum.
Betapa bahagianya ketika
mendapati Fathan memfollowback akun Instagram gue. Gue pun langsung membalas dm
nya juga berterimakasih lantaran sudah difollowback.
“My pleasure Fetaaa thankyou juga
sudah difolbek. Kalau mau balik ke Lampung sebelumnya kabarin dulu dong,”
kataku ngelunjak.
Aku pun kemudian mengunggah foto
berdua dengan Fathanku di Insta Stories sembari berpikir keras keterangan apa
yang aku sematkan. Aku juga membutuhkan waktu untuk memilih 1 dari 4 foto yang
akan ku bagikan pada pengikutku.
Sampai akhirnya aku memutuskan
memilih satu foto yang ku lihat tampak lebih lucu dari yang lain. Di situ aku
yang memegang kamera dengan tangan kananku sementara tangan kiriku berada di
pinggir wajah. Sedangkan dalam foto itu, Fathan tampak memegang pipinya yang
chubby.
“Sepanjang obroloan, entah berapa
kali gue bilang ‘Ta elu cowok pertama yang gue kejar sampai sebegininya’,”
tulisku saat itu di unggahan Insta Stories.
Postingan gue kemudian direpost
oleh Fathan di Insta Storiesnya. Dia juga menyertakan keterangan yang kurang
lebih berisi ucapan terima kasih sudah menghampirinya dan dia bilang rispek
dengan kehadiranku.
Mulai detik itu tampaknya hatiku
mulai mengukuhkan bahwa Fathan adalah gebetanku yang akan ku kejar. Entah lah,
hati dan otakku berasa tak sinkron. Hatiku sudah memilihnya, namun otakku
terasa tak sanggup untuk berpikir demikian.
Bagaimana tidak, Fathan Andhika
adalah idolaku yang sudah punya nama. Identitasnya pun sudah terpampang di
laman wikipedia. Sedangkan aku? Hahah cantik tidak, terkenal pun tidak dan
nihil yang bisa dijadikanku sebagai modal.
Namun, sosok Fathan terus
terbayang di pikiranku, di perasaanku, di setiap hariku. Terkadang aku merasa
senang apabila dm ku dibalas olehnya. Namun tak jarang juga aku merasa galau
ketika merindukannya.
Ah, memang kadang aku ngga tahu diri memilih
pria yang sangat mustahil untuk ku gapai. Status kami bak langit dan bumi dan
aku terus berusaha untuk mendoktrin diri ini jika aku hanyalah fans dan Fathan
idolaku. Meskipun hatiku kerap menolak doktrin itu dan terus bersikeras
memikirkan sosok idola yang naik pangkat jadi gebetanku itu.
Semenjak saat itu, aku semakin
rajin membalas Insta Stories Fathan. Aku seakan ingin menunjukkan bahwa aku
selalu ada untuknya. Aku ingin terlihat menjadi garda terdepan untuk mendukung
setiap langkahnya.
Fathan pun tak jarang membalas dm
yang ku kirim meski hanya sekenanya. Dia hanya mengucapkan terima kasih ketika
ku puji dan menjawab apa yang ku tanyakan tanpa ada ucapan lain.
Sempat di satu titik aku merasa,
sepertinya aku begitu halu menjadikan Fathan sebagai gebetanku. Hingga akhirnya
aku mulai berusaha berpikir realitstis namun hatiku tetap saja menyuruh untuk
berpikir tentang Fathan.
Fans Sok Kenal Sok Dekat
Fathan Ariendra (nama samaran),
ya salah satu idolaku di tahun 2017 waktu lagi nganggur-nganggurnya. Kebolehan stand
upnya di atas panggung salah satu televisi swasta sekitar September di tahun itu mampu
mengalihkan perhatianku. Ditambah, komika asal Lampung itu memiliki bentuk
fisik seperti kriteria cowok idamanku.
Panggilannya Feta, aku pun kini
memanggilnya dengan sebutan Bang Feta untuk menghormati dia yang sudah 29
tahun. Tapi, entah kenapa di tulisan ini aku ingin menyebutnya sebagai Fathan.
Terdengar lebih manis jika ku ucapkan atau sekadar ditulis.
Fathan Ariendra selalu tampil
dengan materi story telling dan kemampuan act out sebagai cewek yang totalitas
banget. Itu yang awalnya bikin aku enggak kedip saat menyaksikan dia di layar
kaca. Belum lagi materi-materi yang dia bawain pun terasa sesuai dengan selera
humorku yang saat itu masih berusia 23 tahun.
Secara fisik, Fathan Ariendra tak
terlalu tampan, hanya saja berhasil membuatku jatuh hati sejak pandangan
pertama. Dia berpipi chubby dengan badan yang terbilang montok untuk ukuran
pria seusianya yang saat itu 25 tahun. Ya, aku memang pecinta pria hugable dan
menggemaskan walaupun enggak mungkin juga aku peluk.
Aku pun mulai sok kenal sok dekat
sama Fathan Ariendra melalui dm Instagram. Tapi besar kemungkinan saat itu,
bukan gue doang yang dm dia. Fathan saat itu lagi kebanjiran fans cewek sih aku
rasa sampai dm aku pun ngga dibalas. Tapi memang sih, aku ngga berharap banyak
biar bisa dibalas.
Masih tersimpan kalimat dm
pertama yang aku kirim untuk sang pemilik akun Instagram @fathanariendra di
tanggal 23 Oktober 2017 lalu itu. Setelah melihat kembali, tampaknya waktu itu aku
masih alay kali ya.
“Bang gemessshhhh, kalo boleh
folback dooong.. aku enggak bakal promo obat peninggi badan atau obat penirus
pipi koqq,” tulisku saat itu.
Kalau dilihat-lihat, songong
banget ya, belum kenal, belum ketemu, belum kelihatan beri dukungan apapun tapi
langsung minta follow back. Tapi itulah, insting yang ada di tengah malam itu.
Setiap penampilan Fathan Ariendra
selalu aku tunggu di layar kaca. Aku pengin terkejut dengan cerita-ceritanya
ditambah act out jadi cewek ngambek yang benar-benar menjiwai. Sepertinya, dia
banyak observasi mengenai kelakuan cewek. Enggak aneh sih, dia juga dikenal
sebagai playboy.
Hingga akhirnya, dalam suatu
penampilannya diketahui kalau Fathan sudah memiliki kekasih. Tim kreatif pun
sempat melakukan panggilan video call dengan wanita yang akrab disapa Nissa
itu.
Kecewa? Enggak sih hahaah orang aku
cuma ngefans doang. Enggak pernah ada kepikiran untuk bisa ketemu dengan Fathan
sama sekali. Aku cuma berpikir untuk menikmati karyanya ya walaupun gemes-gemes
dikit sama dia.
Fathan Ariendra berlaga cukup
apik di panggung besar itu. Dia berhasil memanjakan penonton dengan lawakannya
yang mayoritas mengena pada wanita. Tapi, setelah kini aku kembali lihat lagi
penampilan yang sama di YouTube, terlihat bahwa Fathan tampil bukan sebagai
dirinya. Dia hanya ingin menghibur penonton tanpa membawa jati dirinya.
Hingga akhirnya, langkah Fathan Ariendra
harus terhenti di babak 6 besar dan kalah dari dua pesaingnya yang pada
akhirnya menjadi juara satu dan dua dalam kompetisi tersebut.
Terlihat ketidakpuasan saat Fathan
Ariendra menutup materinya malam itu. Tampaknya dia sudah merasa bahwa
langkahnya terhenti oleh sahabat dan satu anak kecil yang berusia 15 tahun
lebih muda darinya.
Singkat cerita, aku masih
mengikuti Fathan Ariendra di sosial media Instagram dan menjadi penikmat
konten-kontennya. Jangankan kontennya, jika Fathan Ariendra mengunggah foto
pribadinya gue sering memberikan tanda love bahkan menuliskan gombalan di kolom
komentar yang tak jarang dibalasnya.
Ya, di mataku dia ganteng, dia lucu,
bertalenta dan suatu saat bakal menjadi seseorang dengan karier yang melejit.
Itu prediksiku kalau melihat konten-konten yang dia buat di sosial media.
Seperti misalnya, ada konten
‘Pacar Feta Standup’ yang selalu aku tunggu-tunggu. Bukan Fathan namanya kalau
nggak punya otak kreatif yang ngga ada obat. Di konten itu, ada animasi wanita
berhijab dengan suara google maps yang lagi stand up.
Aku tahu, di balik suara itu
adalah jokes yang dituliskan Fathan. Aku pun mulai bisa mengidentifikasi
ciri-ciri jokes dari Fathan Ariendra yang akhrinya menjadi akrab di telingaku.
Ada lagi konten video call halu
dengan Aurelie Moeremans yang juga begitu aku tunggu-tunggu. Dia bener-bener
bisa mengimbangi video Aurelie dengan celotehan-celotehannya seperti sedang
video call beneran.
Kadang, saking terhiburnya, aku
simpan video dia dan gue bagikan ke whatsapp story. Ternyata bukan gue aja yang
terhibur, tapi beberapa temanku pun membalas dan mengaku ikut tertawa. Ah, Fathan..
berguna sekali hidupmu bisa membuat orang-orang tertawa.
Selain penikmat kontennya, aku
juga jadi suka dm-dm Fathan buat balas Insta Storiesnya. Enggak seperti dm
pertama yang dilewatinya begitu saja, kini pesan ku mulai dibalas. Aku
berpikir, oh sudah tidak kebanjiran fans lagi dia ini. Hahaha itu hanya pikiran
jelek aku aja sih.
Seperti saat dia memajang foto
kelulusannya di tanggal 25 Oktober 2018, aku pun turut memberikan selamat dan
menanyakan gelar akademik apa yang kini disandang oleh dia. Dia pun membalas
ucapan selamatku dan menjawan pertanyaanku yang sebenarnya tidak juga menjawab.
“Makasih dek. Sarjana patah
hati,” jawab pria yang kini tengah ku cinta itu.
Mendengar jawabannya, akupun
malah penasaran mengenai hubungan cintanya dengan wanita bernama Nissa yang
sempat dihadirkan di panggung Indosiar itu. Aku mulai menebak-nebak, apa dia
sudah tidak bersama Nissa. Ah, daripada penasaran, mending ku tanyakan langsung
saja.
“Hahaha patah hati.. emang yang
sama Nissa-nissa itu udah enggak?” tanyaku yang tak pernah dijawabnya.
Setelah saat ini flashback,
memang benar tahun 2018 itu Fathan putus dengan Nissa. Fathan juga membagikan
kisah cintanya dengan Nissa yang kandas di tengah jalan melalui tulisan di blog
pribadinya. Blog itu baru aku baca beberapa bulan lalu ketika perasaanku pada Fathan
mulai berubah dari hanya ngefans dan menjadi jatuh cinta.
Fathan sempat menjalani tur stand
up dengan dua rekannya sesama lulusan kompetisi di Indosiar itu. Ketika Fathan
membagikan flyer tournya di Insta Stories, aku pun membalas. Aku bilang dia
untuk mampir ke Tangerang Selatan yang tak lain adalah kota ku.
Fathan hanya menjawab untuk
doakan saja agar bisa sampai Tangerang Selatan. Saat itu aku amini namun tak
begitu serius. Aku pun mebalas lagi dm nya di Instagram dengan menunjukkan
bahwa aku fans setianya.
“Gue jadi garda terdepan deh kalo
kelen-kelen show di sini,” godaku pada Fathan yang tak lagi dibalasnya.
Aku juga pernah mengirimi Fathan
dm ketika aku tahu dia bermain dalam suatu episode sinetron di RCTI. Aku ingat
betul, saat itu aku sedang bekerja di kantorku yang memang sister group dari
RCTI. Televisi di kantorku memang sudah disetting hanya menyetel saluran RCTI,
INews, MNC dan GTV.
Pas sekali, televisi dekat meja
kerjaku sedang menyiarkan saluran RCTI. Di tengah kerja, aku sedikit melirik
televisi tersebut dan aku melihat Fathan dari layar kaca. Dia memainkan tokoh
sebagai seorang badut yang wajahnya bisa berubah menjadi Rifky Balweel.
Beneran niat, setelah lihat dia
di layar kaca, aku langsung streaming RCTI dari handphone. Aku capture wajah Fathan
dan langsung ku kirim melalui dm Instagramnya. Kalau dipikir memang ganjen
sekali aku pada Fathan yang terkadang kini membuat aku malu.
“Wakakak jadi badut yang bisa
berubah komuk jadi Rifky Balweel, menang banyak wkwwk,” kataku di tanggal 29
Januari 2019 lalu.
“Aktor watak ituuuuu hahahaha,”
katanya untuk membalas dm ku yang tak lagi ku lanjutkan.
Ah... lumayan banyak
balasan-balasanku untuk Insta Stories Fathan Ariendra. Namun saat itu persaanku
benar-benar hanya seorang fans yang mengagumi publik figur idolanya sejak 2017.
Fathan pun membalas dan hanya sekenanya.
Hingga akhirnya, pada awal 2021
aku melihat Fathan Ariendra kembali berkompetisi di Stasiun TV lain. Entah
kenapa di situ aku merasa lebih senang melihatnya lagi di layar kaca. Seperti
seseorang yang rindu berat dan tiba-tiba melihat sosok yang dirindukannya.
Fathan lolos menjadi kontestan dalam kompetisi
itu. Tapi jujur, di awal-awal kompetisi itu, aku tak melihat sosok Fathan yang
ku kenal sebelumnya. Jokesnya tampak beda dari kompetisi sebelumnya dan kurang
menghibur seperti dalam konten Instagramnya.
Tapi, aku masih selalu penasaran
dengan penampilannya saat melawan para kompetitornya. Aku pun selalu berharap
jika idolaku itu tidak close mic atau menjadi kontestan dengan nilai terendah
di malam itu. Aku yakin kalau Fathan bisa jauh lebih baik ketika dia nyaman
membawakan materi yang memang dia banget.
Benar saja, lambat laun Fathan
yang lumayan terseok-seok di babak 8 besar akhirnya bisa menemukan jati
dirinya. Fathan tampil begitu maksimal dengan materi yang dia bawakan di atas
panggung. Bagiku sebagai penonton, aku melihat jiwanya begitu penuh, auranya
begitu kencang ketika dia mulai menemukan jati dirinya.
Aku pun hampir selalu mengikuti
pergerakan Fathan di kompetisi itu. Entah selalu menonton lewat televisi
ataupun kepo dengan unggahan-unggahan di Instagramnya. Sampai suatu hari, aku
lihat Fathan ke dufan bersama teman-teman satu kompetisinya.
Kalau tidak salah, waktu itu aku
pun baru pulang dari dufan beberapa hari lalu. Ada penyesealan sedikit, ‘ah
kenapa enggak ku hari ini ke dufannya biar bisa ketemu Feta,’ kataku saat itu.
Aku kembali sok kenal sok dekat
lagi dengan Fathan lewat Insta Stories wahana Kereta Misterinya. Aku bilang
kalau aku mau meninggal waktu main di wahana kereta misteri.
“Mo meninggal gue naik ini.
Apalagi pas turun mundur,” kataku pada Fathan di tanggal 13 Maret 2021 lalu.
Fathan juga tampaknya merasakan
hal yang sama bahkan sampai mau muntah katanya. “Iya, diputer-puter pas gelep
muallll,” keluhnya.
Aku pun kembali bersikap sok
kenal sok dekat dengan Fathan dengan mengajaknya untuk pergi ke Dufan bareng.
Di sini aku juga tak memiliki ekspektasi apapun dengan balasannya. Ya,
anggaplah kayak aku ngajak Adipati Dolken ke Dufan, nggak akan dibalas kan?
“Dufan bareng yuk Ta, wkwkwkw,”
kataku sambil awkward sendiri.
Tapi ternyata ajakan isengku itu
dibalas walaupun hanya lewat tulisan dan kini belum terealisasi juga. Tanpa ku
duga-duga, Fathan justru malah mengiyakan ajakanku itu.
“Hahahah hayuk,” katanya.
Dapat
balasan seperti itu, langsunglah ku tembak terkait rencana ke Dufan bareng. Aku
ajak dia hari Senin tapi dia balas ‘heyy lagi kompetisi loh ini,’ jawabnya.
Hahaha iya juga ya, bodoh sekali sih aku.
Tapi di situ gue semakin punya
keiginan buat ‘suatu saat gue bakal pergi ke Dufan bareng Feta’. Ya, hanya
angan-angan tapi tetap ku usahakan.
Aku pun masih terus memberikan
semangat untuk idolaku itu di kompetisi. Meski saat itu aku hanya membalas
Insta Storiesnya dengan kalimat-kalimat motivasi sederhana.
“Aaaaak mangat Taaa u can do it!”
kataku di tanggal 15 Maret 2021.
Feta pun membalas dukunganku
walaupun hanya dengan kata terima kasih dan tak ada kelanjutannya. Hingga
akupun mulai memperkenalkan diriku yang memang sudah mengidolakannya sejak
penampilan perdana di layar kaca 2017 lalu.
“Fetaee gue followers lu dari
jaman kompetisi sebelah. Pas lihat lu, gue langsung ‘love at first sight’ gitu
karena lo selalu bawain materiout of the box,” kataku yang sudah beberapa kali
dm tapi baru memperkenalkan diri.
Perkenalanku pun dijawab oleh
sang idola humble yang mengucapkan terima kasih. Fathan juga berharap agar aku
tetap suka padanya. Ah, kalau itu sih tanpa disuruh sepertinya aku akan terus
suka padanya.
“Aaak makasih loh semoga terus
suka yaa,” katanya.
Entah dari sejak itu, aku seperti
merasa memiliki kedekatan lebih dari sebelumnya dengan Fathan. Ya, memang hanya
perasaanku saja. Bahkan, sempat aku ditanya oleh seorang temanku mengenai
kriteria cowok.
Tanpa berkata apa-apa, aku
langsung buka Instagram, mencari akun @FathanAriendra. Aku langsung menunjukkan
foto Fathan dan dengan bangganya aku bilang ‘ini tipe cowok gue banget’. Ya
memang, Fathan seolah menjadi bentuk nyata dari list kriteria cowok yang ku
suka.
Tak hanya dari penampilan
fisiknya yang hug-able, aku tahu Fathan adalah sosok cowok yang family man
seperti yang aku butuhkan. Aku bisa menilai itu dari hubungan dengan ibunya
yang dia panggil sebagai umi. Dan ini benar-benar terbukti di cerita
pertemuanku dengannya yang ke empat.
Enggak tahu kenapa, aku punya
keyakinan yang cukup besar bahwa aku bisa berkenalan secara langsung dengan Fathan
Ariendra. Walaupun aku sebenarnya tidak tahu bagaimana caranya dan kesempatan
apa yang bisa mengantarkanku untuk bertemu Fathan.
Ada satu kejadian yang membuat
aku tersadar bahwa setiap rengekanku selalu didengar oleh Allah meskipun aku
tidak berdoa. Malam itu, sekitar pukul 01.30 aku sedang mellow, entah mengapa.
Mungkin memang bawaan dini hari yang sepi dan aku tetap terjaga.
Saat itu, aku sedang buka-buka
Instagram dan mulai melihat-lihat update-an following ku lewat Insta Stories.
Kemudian, muncul Insta Stories Fathan Ariendra yang berisi fotonya dengan
seorang kru Kompas TV.
Aku yang sedang mellow pun
terkesan merengek dan membalas Insta Stories Fathan. Aku bilang, aku pengin
foto bareng dia.
“Aaaah pengin foto bareng Fetaaaaa,”
kataku di dini hari 24 Maret 2021.
Tak lama setelah menulis
rengekanku itu, akupun terlelap dan melupakan apa yang terjadi pada dini hari
tersebut. Hingga akhirnya, notifikasi dm ku berbunyi dan ada balasan dari Fathan
Ariendra.
“Hayuuuuuuk,” katanya singkat.
Meski hanya mendapat balasan
seperti itu, entah mengapa aku merasa senang. Akupun membalas lagi dengan
singkat.
“Gas doooong Taaaaa,” kataku pada
Fathan.
Setelah membalas dmnya, akupun
melihat kalau Fathan dan kawan-kawannya beserta kru TV sedang ada di The Breeze
BSD. Aku lantas membalas Insta Storiesnya
untuk memastikan bahwa idolaku itu benar ada di dekat rumaku.
“Fetaaaaa demi apa kau di The Breeze?
Dekat rumah gue ituuu,” kataku dengan emosi senang yang tak terkira.
Aku juga bilang kalau ingin
berteu dengannya sekaligus meminta izin. Maklum, Fathan saat itu masih
menjalani program yang bisa jadi tak memperkenankannya bertemu dengan
orang-orang luar.
“Gue pengin nyamperinnnnnn sumpah
The Breeze dekat dari rumah gue,” kataku pada sang idola.
Padahal sebenarnya, rumah gue
dengan The Breeze itu ngga dekat-dekat amat tapi gue sering lewatin jadi sudah
berasa jalur sendiri. Di tambah, gue mikir jarak The Breeze yang Cuma 5Km dari rumah gue itu
sangat-sangat worth it untuk dilalui jika imbalannya bertemu Fathan.
“Iya nih di The Breeze di
Spincity bowling. Hahaha sini,” katanya yang juga berarti mengizinkaku untuk
menemuinya.
Aku lagi-lagi memastikan bahwa
dia boleh ditemui oleh orang asing. Sekligus, aku memastikan jika kehadiranku
itu tidak akan mengganggunya.
“Masih lama gak? Boleh ditemuin
nggak sih? Wkwkw,” kataku sembari awkward plus senang tak terkira.
“Wkwkwkwk santuy sih, baru mau main,” Katanya.
Rabu, 07 Februari 2018
Wedi Ombo, Pantai yang Mampu Menghipnotis Wisatawan
Senin, 05 Februari 2018
Jangan Tertipu dengan Penampilan Bioskop di The Breeze
Halo.. selamat datang kembali di blog aku.. blog yang belum terarah genrenya. Kali ini aku mau cerita tentang bioskop yang masih terbilang baru di kalangan Tangerang atau Tangerang Selatan. Aku bakalan cerita tentang bioskop di The Breeze BSD.







