Daftar Blog Saya

Senin, 18 Oktober 2021

Buka-bukaan

"Daaah met bobo," ucap Fathan untuk menyudahi percakapan kami di dini hari menjelang Subuh, Jumat (17/9/2021).

Udah satu bulan ya Than, telepon terakhir kita yang random abis. Tiga jam ya kurang lebih kita ngobrol dari A-Z dari ngga penting sampai lumayan serius.

Dari awalnya yang kamu cerita kerja di Surabaya, ngetes ke aku sampai akhirnya kita ngobrol hati ke hati.

Di tengah malam itu, aku mulai ngespill kalo suka sama kamu tapi kamu ngga peka-peka. Sampai akhirnya kamu sadar juga.

"Ooooh jangan-jangan lo suka sama gue?" kata Fathan yang berhasil bikin aku salting di sepertiga malam.

Awalnya aku ngga mau jawab, sampai aku bilang kalo aku salting, mukaku merah dan ngga mau jawab pertanyaannya.

"Tuhkan kalo salting berarti bener," tebak Fathan semakin yakin.

"Hmm," kataku menandakan tebakannya benar.

"Pantesan ya nyamperin gue ke Lampung," katanya.

"Dari kapan?" tanyanya.

Aku cuma bilang ngga tahu, udah lama.

"Dari 2017?" tebaknya.

Aku membantah. Aku bilang kalo belum ketemu gimana bisa suka, emangnya gue K-Popers.

Aku cuma bilang, sudah cukup lama beberapa bulan lalu.

Entah kenapa aku ngga bisa bilang kalo suka sama dia dari pertama ketemu. Ah mendadak lidahku kaku.

"Maaf ya ngga peka," katanya.


Beruntungnya setelah itu obrolan kami menjadi cair. Kami masih membahas soal aku yang naksir dia tapi dengan candaan-candaan.

"Elu sih bilang suka sama gue, gue jadi gaenak, gue jadi kepikiran," katanya.

Dan dasar cewek yang ngga mau disalahin, gue malah salahin Fathan balik.

"Salah sendiri nanya-nanya, nebak-nebak," kataku.

Ternyata Fathan pun ngga mau disalahkan, dia masih aja terus salahin gue sampe akhirnya gue coba ngalah.

"Iye iye maaf, salah gue," kataku.

Emang dasar nyebelinnya Fathan setelah gue ngaku salah pun dia masih aja terus salahin gue.

"Udah ngga usah sok manis," katanya.

Ah gemas sekali perbincangan kami di sepertiga malam itu.

Fathan pun mulai merendahkan dirinya di hadapan gue. Dia bilang tak ada yang bisa diandalkan dari dirinya.

"Lu mau apa sih sama gue? Gue udah tua, gue orangnya moody, gue dingin. Lo tau sendiri kan kalo gue udah dingin kayak apa," katanya.

Gue pun tetap meyakinkan dia kalau bisa menghadapi semua tingkahnya itu. Gue bilang bersedia kok ikutin mood dia, dinginnya dia.

"Lo mau apa sama cowok dingin? Pacaran aja lo sana sama ac," kata Fathan

Gue pun bisa membalas ucapan dia, dengan kata-kata andalan gue.

"Ya gapapa lah lo dingin, kan gue hot," kataku yang berhasil bikin dia tertawa.

Belum berhasil gue meyakinkan Fathan bahwa gue benar-benar suka, tertarik bahkan mencintainya.

Ingin rasanya masih mengobrol, mengungkapkan apa yang selama ini gue rasakan kepadanya. Tapi, memang saat itu bukan waktu yang tepat dan akhirnya Fathan mengajak untuk menyudahi obrolan kita saat itu.

Than, udah satu bulan ya.. Kangen.. 🤍

Senin, 09 Agustus 2021

Tertampar Sampai Kena Mental


Tertampar Sampai Kena Mental

 

                Aku tahu, Fathan kembali lagi ke Ibukota setelah sekitar 2-3 pekan berlebaran di tanah kelahirannya. Keberadaan Fathan aku lihat lewat Insta Storiesnya ketika mengunggah foto di bandara hingga video dijemput dua orang temannya setiba di Jakarta.

                Rasanya ingin sekali bertemu tapi tak memiliki alasan jelas. Akhirnya aku pun mencoba menghubunginya lewat dm Instagram. Aku memastikan dia benar di Jakarta dan dia bilang baru sampai.

                Fans tak tahu diri ini langsung menodong sang idola untuk meetup. Fathan sepertinya tipe orang yang tak enakan untuk menolak ajakan. Padahal, aku tahu kalau ucapannya hanya basa-basi agar aku diam juga.

“Ayo main Taaaa,” kataku di tanggal 21 Mei 2021.

Dia pun mengiyakan namun tak menyebutkan kapan waktu pasti bisa bertemu denganku. “Oke kalau udah santai ya,” katanya dengan menyisipkan emotikon nyengir.

Aku yang sudah trauma pernah jadi korban PHP di masa lalu ini pun langsung menegaskan bahwa dia tak hanya membual. Ya, aku butuh jawaban tegas meskipun terkesan aku sebagai fans tak tahu diri.

“Beneran yak wkwkwk.. Gimana caranya gue tau lu udah santai?” tanyaku.

Dia bilang akan mengabari ketika sudah tak sibuk. “Nanti dikasih tahu Hanaaa wkwkw,” katanya.

Aku yakin, ada rasa jengkel pasti di hatinya menghadapi aku yang sok kenal sok dekat dan terkesan memaksa untuk bertemu. Ya, aku sadari itu hatiku yang menyuruh. Hati ini yang terpikat padamu walaupun kami beda kasta.

Singkat cerita, aku menemukan sebuah unggahan di sosial media tentang show standup comedy salah satu komika asal Tangerang Selatan. Jujur, aku hanya tahu dia tapi tidak begitu mengikuti.

Tapi, ada yang membuat perhatianku langsung tertuju pada flyer show tersebut. Ya, Fathan menjadi komika pembuka dalam show yang bakal di gelar pada 27 Juni 2021 itu. Aku yang sudah kepalang rindu pada Fathan pun tak membutuhkan waktu berpikir. Langsung ku hubungi contact person pemesanan tiket tersebut.

Akupun lantas membeli satu tiket untukku sendiri. Entahlah, aku bingung mau mengajak siapa karena sulit menemukan teman di sekelilingku yang rela mengeluarkan uang untuk menonton pertunjukkan stand up comedy.

Sebutlah si contact person itu bernama Rizal yang lantas ku panggil dengan sebutan ‘kak’ biar gue sok imut aja gitu wkwk. Aku pun sudah notice Rizal bahwa tujuanku sebenarnya untuk nonton Fathan, bukan sang bintang dalam penampilan tersebut.

Secara tidak langsung, aku sudah memberikan tanda bahwa aku menyukai Fathan. Semua candaanku dengan Rizal tak henti-hentinya menyebut nama Fathan. Sampai aku bilang mau duduk yang bisa sandaran dengan Fathan.

Akhirnya, sekitar satu minggu kemudian aku berhasil mengajak salah satu temanku untuk ikut membeli tiket stand up comedy tersebut. Aku langsung menghubungi Rizal untuk beli satu tiket lagi.

Kemudian, aku dan Rizal pun saling berbalas pesan di whatsapp hingga di luar keperluan membeli tiket. Rizal mengajakku untuk datang ke tempat open mic para komika Tangsel. Pikirku, aku ngga punya alasan untuk menolak, ya hitung-hitung melepas penat setelah bekerja seharian.

Aku ingat, itu malam minggu tanggal 19 Juni 2021 dalam kondisi badanku yang sebenarnya tidak terlalu fit. Saat itu, aku merasa agak pusing seperti akan terserang flu. Tapi, karena sudah berjanji sebelumnya, aku tetap berangkat.

Rizal menjemputku di dekat SMA yang menjadi almamaterku. Sekitar 10 menit aku menunggu dan akhirnya dia datang. Alasanku tak ingin dijemput di rumah karena privacy dengan orang yang baru dikenal.

Di jalan kami biasa saja, mengobrol hingga suara terbawa angin tak terdengar. Aku lupa apa di jalan itu aku membicarakan Fathan dengannya atau tidak. Tujuanku membicarakan Fathan, agar dia tak terlalu berharap denganku. Aku merasa kalau dia lagi melakukan PDKT denganku.

Tiba di salah satu kafe di BSD  yang menjadi lokasi open mic para komika Tangsel. Setelah memesan kopi, aku pun ke atas tempat para komika mengetes materinya di hadapan penonton. Saat itu, Rizal terlihat sibuk mengurus acara tersebut. Sementara aku mengambil posisi duduk di belakang sembari menikmati es kopi susu yang ku pesan.

Aku pun mulai menonton beberapa komika yang mengetes materinya. Sampai di tengah acara, aku merasa kebelet dan bergegas ke toilet. Ketika aku di toilet, Rizal rupanya menanyakan keberadaanku melalui whatsapp.

Tak lama aku langsung kembali ke atas setelah selesai dari toilet. Aku berpindah duduk karena tempatku sebelumnya sudah ditempati orang lain. Rizal kemudian menghampiriku dan mengajakku mengobrol.

Rizal juga bilang kalau ada Fathan di acara ini. Wah, moodku langsung naik jutaan kali lipat waktu tahu kalau ada idola yang sudah naik pangkat jadi gebetanku itu di tempat yang sama. Aku pun langsung berusaha mencari di mana Fathan, tapi tetap aku tak bisa melihatnya.

Aku dapat merasakan keberadaan Fathan ketika dia naik untuk open mic mengetes beberapa materi stand upnya. Aku begitu terhibur dengan materinya dan pastinya aku sangat-sangat bahagia bisa berada di tempat yang sama dengannya.

Tak henti-hentinya, ketika Fathan berada di atas panggung, aku dalam hati melantunkan shalawat Nabi. Setahuku, ketika kita menginginkan sesuatu dan melantunkan shalawat Nabi, niscaya apa yang kita inginkan bakal dengan mudah menjadi milik.

Setelah Fathan turun panggung, akupun bisa melihat dia dengan lebih jelas. Aku ingat dia berdiri di dekat tangga sembari mengobrol dengan salah satu komika. Tak berhenti ku perhatikan dia sembari terus melantunkan shalawat nabi. Hihihi.. aku ngga tahu itu benar atau salah, tapi hatiku terus menuntun untuk melakukan hal tersebut.

Open mic selesai, Rizal mengajakku untuk nongkrong bareng komika Tangsel  di salah satu angkringan yang berada di Ciater. Ketika masih berada di kafe, aku pun mencoba untuk lewat-lewat di hadapan Fathan. Aku hanya mengetes, apakah Fathan masih ingat dengan rupaku yang pernah dia lihat dua bulan lalu.

Ah.. ternyata Fathan sudah tak hafal dan tak ada tanda-tanda dia mengenalku. Aku pun langsung mengirim dm kepadanya untuk mengabarkan bahwa aku ada di dekatnya.

“Ta, lo di Diorama Kafe ya?” tanya ku basa-basi melalui dm Instagram.

“Wkwk iya Hana,” jawabnya.

“Et gue di belakang elu ini,” kataku lagi yang tak dibalas oleh Fathan.

Dari kafe menuju angkringan, posisi motor Fathan tepat berada di depanku dan Rizal. Fathan saat itu dibonceng oleh temannya. Aku pun tak berhenti terus melantunkan shalawat nabi dalam hati sembari meladeni obrolan Rizal.

Ingin rasanya aku berada di motor yang sama dengan Fathan. Ah tapi itu tak mungkin, mengingat wajahku saja Fathan tak mampu apalagi bisa mengajakku untuk satu motor dengannya. Tapi, dengan berada di tempat yang sama dengan dia saja pun sudah menjadi anugerah untukku.

Tiba di angkringan, aku pun langsung mengambil posisi duduk tepat di hadapan Fathan. Rupanya keberuntungan sedang berada di pihakku. Fathan pun melihatku dan menyapa berbarengan dengan aku yang memanggilnya juga.

“Hanaaa,” katanya.

‘Oh Tuhan, ini aku lagi mimpi ngga sih’, ucapku dalam hati sembari memandang makhluk Tuhan yang indah ini. Aku ingat, makanan pesanan Fathan malam itu. Dia makan pecel lele, nasi dan juga sepotong tempe.

Aku sendiri hanya minum air mineral lantaran sudah makan sebelum pergi ke tempat open mic. Fathan pun menanyakan ‘lo nggak makan Na?’ tanyanya. Aku pun menjawab tidak dengan alasan takut berat badanku naik hahahaa.. Mungkin harusnya aku tak menjawab itu karena terkesan begitu drama.  Lebih baik jika aku beralasan takut susah bangun pagi kalau makan malam.

Di momen itu, aku dan Fathan banyak berbincang terlebih mengenai rekomendasi penginapan di Lampung. Ya, aku berencana ke Lampung untuk hadir di special show Fathan dan dia tahu itu.

Lumayan tek-tok aku mengobrol dengan Fathan dan aku sudah tak terlalu awkward seperti pertama ketemu. Fathan pun memberikan beberapa rekomendasi penginapan yang bagus di Lampung. Sebenarnya itu hanya basa-basiku saja karena aku sudah membooking penginapan selama di Lampung.

Aku lupa bagaimana mulanya hingga percakapan kami, aku, Fathan dan salah satu komika berbicara soal perempuan menjaga diri. Sampai aku mengeluarkan statement ku sebagai seorang perempuan satu-satunya di sana.

“Kalau buat gue, yang bisa jaga diri gue sepenuhnya ya diri gue sendiri. Gue pun ngga bisa melarang orang untuk nggak berbuat tak baik pada gue,” kataku saat itu.

Di momen itu pula, aku tahu kalau Fathan baru putus dengan kekasihnya. Fathan bilang kalau dia lagi-lagi ditinggal taaruf oleh kekasihnya yang berada di kota asalnya itu. Sampai akhirnya ku beranikan tanya soal alasan mereka putus.

“Gara-gara lo tinggalin ke sini Ta?” tanyaku.

Fathan bilang bukan itu alasannya. Menurutnya sang mantan meninggalkannya lantaran Fathan belum siap menikah. Di situ aku langsung kasih sedikit saran untuk Fathan.

“Kalau gitu, lo carinya yang lebih muda dari lo Ta,” saranku pada Fathan.

Tapi Fathan justru mengelak, dia rupanya lebih suka dengan wanita yang lebih tua. Dia bilang mantannya pun setahun lebih tua darinya. Dia kurang suka berpacaran dengan wanita yang lebih muda lantaran umumnya masih mencari jati diri.

“Kalau sama yang mudaan, jam segini biasanya masih di luar. Kalau yang udah seumur gue kan pasti sudah malas-malas keluar malam kan,” jawabnya.

Wah, gue seperti tertampar bolak-balik sih dengarnya. Pertama, karena Fathan lebih suka wanita lebih tua sementara usia gue dua tahun di bawah Fathan. Kedua soal omongan Fathan ‘jam segini biasanya masih di luar’ dan itupun gue lagi di luar, berhadapan dengan Fathan.

Ingin rasanya gue langsung pulang buat nunjukkin pada Fathan kalau gue ngga suka keluar malam. Ah tapi, gue kayak sudah tertangkap basah dan terjebak pada situasi yang salah. Ingin pulang tapi masih ingin menghabiskan waktu dengan Fathan. Ingin tetap di situ tapi sindiran Fathan kena mental gue banget.

Perbincangan gue dengan Fathan begitu menyenangkan untuk gue pribadi. Gue sudah nggak segrogi saat awal bertemu di The Breeze 24 Maret lalu. Obrolan kita pun cukup nyambung sampai aku menghiraukan Rizal yang duduk tepat di sebelahku.

Jam di hp gue menunjukkan pukul 00.30 WIB dan gue benar-benar mau pulang. Awalnya gue ngide untuk pulang sendiri pakai ojek online karena nggak mau ngerepotin orang. Sekaligus ingin menunjukkan pada Fathan kalau gue ngga ada hubungan apa-apa sama Rizal.

Tapi Rizal terus membujuk gue untuk anterin pulang. Menghindari konflik, akhirnya gue mau dianterin Rizal pulang sampai depan komplek sesuai permintaan gue juga. Di jalan, gue mencoba terus nge-cut Rizal dengan mengungkapkan betapa suka dan tertariknya gue pada Fathan.

Rizal terlihat tidak nyaman dengan obrolan gue itu. Tapi, itu cara gue buat nge-cut dia agar ngga terlalu berharap untuk mendekati gue karena gue pun sedang mengusahakan Fathan. Walaupun gue tahu itu sulit buat terealisasikan. Setidaknya, mengagumi, menyukai dan mencintai Fathan dalam diam sudah memberikan kebahagiaan untukku.

Setibanya di rumah, aku masih belum bisa berhenti memikirkan Fathan. Ingin rasanya aku lebih lama berada di hadapannya untuk berbagi obrolan. Hatiku tak kuat untuk menahan rasa galau yang menghampiri itu. Sebelum tidur, ku ambil ponselku dan membuka profil Instagram Fathan.

Aku tak bisa menahan hasrat untuk mengirim dm pada Fathan. Saat itu, aku hanya ingin terus berbincang dengannya. Sebenarnya aku ngga tahu harus mengirim pesan apa padanya. Hingga akhirnya, aku hanya bilang terima kasih untuk apa yang sebenarnya aku tak tahu alasannya.

 “Taaa, thankyou yak,” kataku di tanggal 20 Juni 2021.

Nggak lama, Fathan membalas dm ku yang selanjutnya akupun tak tahu harus membalas apa lagi. Dia menanyakan alasanku mengucapkan terima kasih.

“Thanks buat apa hanaa,” tanyanya.

Satu malam ku diamkan dm Fathan sembari aku cari balasan yang tepat untuk menjawabnya. Dalam tidurku, akupun terus berpikir balasan apa yang harus ku ketik untuk Fathan. Sementara aku sendiri tak tahu aku berterima kasih untuk apa.

Keesokan paginya, akupun baru menjawab dm Fathan. Aku bilang terima kasih untuk ngobrol-ngobrolnya. Ya, cuma itu alasan yang kupunya untuk menjawab pertanyaannya.

Sementara, akupun tak berhenti berterimakasih pada Tuhan atas kesempatan yang diberikan untuk kembali bertemu dan ngobrol bareng dengan idola yang sudah naik tahta menjadi gebetanku itu.

 

Aku si Fans Agresif yang Paling Bahagia


Aku si Fans Agresif yang Paling Bahagia

Masih bercerita tentang Fathan, idolaku yang akhirnya merangkap menjadi gebetanku. Ya, kali ini aku mau bercerita tentang momen pertama kali bertemu dengan Fathan yang tak pernah ku duga sebelumnya. Semua itu bisa terwujud dengan keyakinan, keagresifan dan takdir Tuhan

Sampai mendapat sinyal kalau Fathan mengizinkan aku untuk menemuinya, tanpa pikir panjang akupun langsung bertindak. Aku yang saat itu sedang WFH rela menyetop sejenak pekerjaanku dan bersiap untuk menemui idolaku itu di tanggal 24 Maret 2021.

Tak lama untukku bersiap-siap demi bertemu dengan Fathan. Aku hanya menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit untuk mandi, salat dzuhur dan make up kilat. Sampai akhirnya sekitar pukul 12.30 aku langsung berangkat dengan sepeda motor berwarna merah menuju The Breeze untuk bertemu idolaku itu.

Setibanya di parkiran The Breeze dan turun dari motor, tiba-tiba langkahku terhenti. Aku berpikir apakah keputusanku salah untuk menemui Fathan. Di satu sisi, aku merasa freak menghampiri idolaku. Tapi, di sisi lain aku berpikir akan menyesel apabila tidak ku lanjutkan rencana pertemuan ini.

Hingga aku melihat Fathan berada di depan gedung arena bowling yang menghadap ke arah parkiran. Dia tidak sendiri, ada teman-teman satu kompetisinya yang saat itu masih bertahan. Aku pun semakin ragu, awkward dan malu-malu.

Langsung ku dm Fathanku itu mengabari bahwa aku sudah berada di parkiran. Aku bilang kalau merasa awkward dan malu lantaran mau bertemu dengannya.

“Eh lu di luar ya? Maluuu gue di parkiran motor wkwkw. Kok gue awkward ya?” kataku pada Fathan melalui dm.

Tak butuh waktu lama, Fathan langsung membalas dmku dan meminta untuk menghampirinya. “Hahahah sini aja,” katanya singkat.

Aku tahu, saat dia membalas dm ku itu dia sambil mengobrol dengan teman-temannya. Akupun memperhatikannya dari jauh. Aku melihat pandangan Fathan tertuju pada ponselnya dan di waktu bersamaan, terlihat di layar hp ku kalau dia sedang mengetik.

Fans yang awkward ini pun kembali meminta Fathan meyakinkanku untuk benar-benar menemuinya. “Eh sumpaaaaaah hahaha rameeeee.” Kataku yang saat itu sedang awkward tak terkira melihat Fathan dari kejauhan.

Ingin menghampirinya namun aku begitu malu. Tapi di sisi lain, keingnan untuk menatap dan berbicara langsung dengannya begitu besar. Meskipun saat itu aku tidak tahu apa yang harus aku bicarakan kepadanya.

“Amaan,” kata Fathan mencoba meyakinkanku.

Aku pun memintanya untuk menoleh kepadaku yang sedang malu-malu itu. Tapi dia tetap memintaku untuk menghampirinya.  Dan aku flash back lagi sekarang, memang Fathan itu terkenal suka nyuruh-nyuruh hahaha.

Mencoba meyakinkan diri, akupun langsung menghampirinya dengan tubuh yang sepenuhnya gemetaran. Sepertinya, di situ aku mulai merasakan rasa yang bukan hanya sekadar rasa ngeafans namun sudah pakai hati.

Akhirnya ku hampiri dia tepat di depannya. Aku pun sempat melewatinya setengah langkah untuk mengetes apakah dia notice denganku dan ternyata tidak. Sampai akhirnya aku sapa idolaku itu duluan.

“Feta kan ya?” kataku memastikan.

“Hana ya?” katanya.

Aku pun mengangguk dan berjabat tangan dengannya. Dia langsung mengajak masuk dan mengambil tempat untuk mengobrol berdua. Di situ perasaanku campur aduk, senang, grogi, bahagia. Perasaan itu seperti jatuh cinta yang terkahir ku rasakan pada 2013 lalu.

Obrolanku dengan Fathan pun sebenarnya tidak jelas. Aku sih yang enggak jelas karena merasa kaget aja. Jadilah di pertemuan pertama kami itu, aku seperti sedang menjalani pekerjaanku sebagai wartawan kanal hiburan.

 Bukan seperti mengobrol, aku dan Fathan justru layaknya sedang melakukan wawancara. Aku tanya, ada keinginan untuk menetap di Jakarta? Perbedaan dua kompetisi yang dijalaninya? Bagaimana persiapannya di malam show? Ah, benar-benar seperti sedang wawancara narasumber tanpa persiapan TOR, ya, tidak terarah.

Di tengah obrolan itu, aku seperti sadar tidak sadar mengucapkan kalimat yang mungkin sebenarnya tidak perlu ku lontarkan saat itu.  Aku bilang ‘Cuma lo Ta, cowok yang gue kejar sebegininiya’ entah lah apa yang aku pikirkan saat itu sampai keluar kalimat tersebut.

Aku juga bilang ke dia, kalau Tuhan cepat sekali mengabulkan doaku. Baru saja semalam aku merengek minta foto dengan Fathan, dan hari ini langsung dikabulkan.

Pertemuan pertama kami tutup dengan foto bareng seperti permintaanku semalam. Ada 4 angle foto yang ku ambil bersama Fathanku itu.  Aku juga minta izin untuk mengunggahnya di Instagram pribadiku dan dia izinkan.

Sampai akhirnya aku minta izin untuk pulang bersamaan dengan Fathan yang juga harus geser ke tempat billiard. Aku pun tak terlalu berharap kalau kita bakal bertemu lagi. Tapi kenginan itu tetap ada di hatiku yang mulai mencintainya.

Ketika tiba di parkiran untuk pulang, aku baru mengecek ponselku lagi. Ternyata, Fathan memfollowback akun Instagramku seperti permintaanku pada 23 Oktober 2017 lalu. Permintaan itu baru dipenuhinya setelah hampir 4 tahun berlalu.

Selain memfollowback aku, Fathan juga mengirimi dm. Dia berterima kasih lantaran aku sudah menemuinya.

“Makasih ya Hana, udah nyamperin, hati-hati ya,” katanya sembari menyisipkan emotikon senyum.

Betapa bahagianya ketika mendapati Fathan memfollowback akun Instagram gue. Gue pun langsung membalas dm nya juga berterimakasih lantaran sudah difollowback.

“My pleasure Fetaaa thankyou juga sudah difolbek. Kalau mau balik ke Lampung sebelumnya kabarin dulu dong,” kataku ngelunjak.

Aku pun kemudian mengunggah foto berdua dengan Fathanku di Insta Stories sembari berpikir keras keterangan apa yang aku sematkan. Aku juga membutuhkan waktu untuk memilih 1 dari 4 foto yang akan ku bagikan pada pengikutku.

Sampai akhirnya aku memutuskan memilih satu foto yang ku lihat tampak lebih lucu dari yang lain. Di situ aku yang memegang kamera dengan tangan kananku sementara tangan kiriku berada di pinggir wajah. Sedangkan dalam foto itu, Fathan tampak memegang pipinya yang chubby.

“Sepanjang obroloan, entah berapa kali gue bilang ‘Ta elu cowok pertama yang gue kejar sampai sebegininya’,” tulisku saat itu di unggahan Insta Stories.

Postingan gue kemudian direpost oleh Fathan di Insta Storiesnya. Dia juga menyertakan keterangan yang kurang lebih berisi ucapan terima kasih sudah menghampirinya dan dia bilang rispek dengan kehadiranku.

Mulai detik itu tampaknya hatiku mulai mengukuhkan bahwa Fathan adalah gebetanku yang akan ku kejar. Entah lah, hati dan otakku berasa tak sinkron. Hatiku sudah memilihnya, namun otakku terasa tak sanggup untuk berpikir demikian.

Bagaimana tidak, Fathan Andhika adalah idolaku yang sudah punya nama. Identitasnya pun sudah terpampang di laman wikipedia. Sedangkan aku? Hahah cantik tidak, terkenal pun tidak dan nihil yang bisa dijadikanku sebagai modal.

Namun, sosok Fathan terus terbayang di pikiranku, di perasaanku, di setiap hariku. Terkadang aku merasa senang apabila dm ku dibalas olehnya. Namun tak jarang juga aku merasa galau ketika merindukannya.

 Ah, memang kadang aku ngga tahu diri memilih pria yang sangat mustahil untuk ku gapai. Status kami bak langit dan bumi dan aku terus berusaha untuk mendoktrin diri ini jika aku hanyalah fans dan Fathan idolaku. Meskipun hatiku kerap menolak doktrin itu dan terus bersikeras memikirkan sosok idola yang naik pangkat jadi gebetanku itu.

Semenjak saat itu, aku semakin rajin membalas Insta Stories Fathan. Aku seakan ingin menunjukkan bahwa aku selalu ada untuknya. Aku ingin terlihat menjadi garda terdepan untuk mendukung setiap langkahnya.

Fathan pun tak jarang membalas dm yang ku kirim meski hanya sekenanya. Dia hanya mengucapkan terima kasih ketika ku puji dan menjawab apa yang ku tanyakan tanpa ada ucapan lain.

Sempat di satu titik aku merasa, sepertinya aku begitu halu menjadikan Fathan sebagai gebetanku. Hingga akhirnya aku mulai berusaha berpikir realitstis namun hatiku tetap saja menyuruh untuk berpikir tentang Fathan.

 

Fans Sok Kenal Sok Dekat


Fathan Ariendra (nama samaran), ya salah satu idolaku di tahun 2017 waktu lagi nganggur-nganggurnya. Kebolehan stand upnya di atas panggung salah satu televisi swasta sekitar September di tahun itu mampu mengalihkan perhatianku. Ditambah, komika asal Lampung itu memiliki bentuk fisik seperti kriteria cowok idamanku.

Panggilannya Feta, aku pun kini memanggilnya dengan sebutan Bang Feta untuk menghormati dia yang sudah 29 tahun. Tapi, entah kenapa di tulisan ini aku ingin menyebutnya sebagai Fathan. Terdengar lebih manis jika ku ucapkan atau sekadar ditulis.

Fathan Ariendra selalu tampil dengan materi story telling dan kemampuan act out sebagai cewek yang totalitas banget. Itu yang awalnya bikin aku enggak kedip saat menyaksikan dia di layar kaca. Belum lagi materi-materi yang dia bawain pun terasa sesuai dengan selera humorku yang saat itu masih berusia 23 tahun.

Secara fisik, Fathan Ariendra tak terlalu tampan, hanya saja berhasil membuatku jatuh hati sejak pandangan pertama. Dia berpipi chubby dengan badan yang terbilang montok untuk ukuran pria seusianya yang saat itu 25 tahun. Ya, aku memang pecinta pria hugable dan menggemaskan walaupun enggak mungkin juga aku peluk.

Aku pun mulai sok kenal sok dekat sama Fathan Ariendra melalui dm Instagram. Tapi besar kemungkinan saat itu, bukan gue doang yang dm dia. Fathan saat itu lagi kebanjiran fans cewek sih aku rasa sampai dm aku pun ngga dibalas. Tapi memang sih, aku ngga berharap banyak biar bisa dibalas.

Masih tersimpan kalimat dm pertama yang aku kirim untuk sang pemilik akun Instagram @fathanariendra di tanggal 23 Oktober 2017 lalu itu. Setelah melihat kembali, tampaknya waktu itu aku masih alay kali ya.

“Bang gemessshhhh, kalo boleh folback dooong.. aku enggak bakal promo obat peninggi badan atau obat penirus pipi koqq,” tulisku saat itu.

Kalau dilihat-lihat, songong banget ya, belum kenal, belum ketemu, belum kelihatan beri dukungan apapun tapi langsung minta follow back. Tapi itulah, insting yang ada di tengah malam itu.

Setiap penampilan Fathan Ariendra selalu aku tunggu di layar kaca. Aku pengin terkejut dengan cerita-ceritanya ditambah act out jadi cewek ngambek yang benar-benar menjiwai. Sepertinya, dia banyak observasi mengenai kelakuan cewek. Enggak aneh sih, dia juga dikenal sebagai playboy.

Hingga akhirnya, dalam suatu penampilannya diketahui kalau Fathan sudah memiliki kekasih. Tim kreatif pun sempat melakukan panggilan video call dengan wanita yang akrab disapa Nissa itu.

Kecewa? Enggak sih hahaah orang aku cuma ngefans doang. Enggak pernah ada kepikiran untuk bisa ketemu dengan Fathan sama sekali. Aku cuma berpikir untuk menikmati karyanya ya walaupun gemes-gemes dikit sama dia.

Fathan Ariendra berlaga cukup apik di panggung besar itu. Dia berhasil memanjakan penonton dengan lawakannya yang mayoritas mengena pada wanita. Tapi, setelah kini aku kembali lihat lagi penampilan yang sama di YouTube, terlihat bahwa Fathan tampil bukan sebagai dirinya. Dia hanya ingin menghibur penonton tanpa membawa jati dirinya.

Hingga akhirnya, langkah Fathan Ariendra harus terhenti di babak 6 besar dan kalah dari dua pesaingnya yang pada akhirnya menjadi juara satu dan dua dalam kompetisi tersebut.

Terlihat ketidakpuasan saat Fathan Ariendra menutup materinya malam itu. Tampaknya dia sudah merasa bahwa langkahnya terhenti oleh sahabat dan satu anak kecil yang berusia 15 tahun lebih muda darinya.

Singkat cerita, aku masih mengikuti Fathan Ariendra di sosial media Instagram dan menjadi penikmat konten-kontennya. Jangankan kontennya, jika Fathan Ariendra mengunggah foto pribadinya gue sering memberikan tanda love bahkan menuliskan gombalan di kolom komentar yang tak jarang dibalasnya.

 Ya, di mataku dia ganteng, dia lucu, bertalenta dan suatu saat bakal menjadi seseorang dengan karier yang melejit. Itu prediksiku kalau melihat konten-konten yang dia buat di sosial media.

Seperti misalnya, ada konten ‘Pacar Feta Standup’ yang selalu aku tunggu-tunggu. Bukan Fathan namanya kalau nggak punya otak kreatif yang ngga ada obat. Di konten itu, ada animasi wanita berhijab dengan suara google maps yang lagi stand up.

Aku tahu, di balik suara itu adalah jokes yang dituliskan Fathan. Aku pun mulai bisa mengidentifikasi ciri-ciri jokes dari Fathan Ariendra yang akhrinya menjadi akrab di telingaku.

Ada lagi konten video call halu dengan Aurelie Moeremans yang juga begitu aku tunggu-tunggu. Dia bener-bener bisa mengimbangi video Aurelie dengan celotehan-celotehannya seperti sedang video call beneran.

Kadang, saking terhiburnya, aku simpan video dia dan gue bagikan ke whatsapp story. Ternyata bukan gue aja yang terhibur, tapi beberapa temanku pun membalas dan mengaku ikut tertawa. Ah, Fathan.. berguna sekali hidupmu bisa membuat orang-orang tertawa.

Selain penikmat kontennya, aku juga jadi suka dm-dm Fathan buat balas Insta Storiesnya. Enggak seperti dm pertama yang dilewatinya begitu saja, kini pesan ku mulai dibalas. Aku berpikir, oh sudah tidak kebanjiran fans lagi dia ini. Hahaha itu hanya pikiran jelek aku aja sih.

Seperti saat dia memajang foto kelulusannya di tanggal 25 Oktober 2018, aku pun turut memberikan selamat dan menanyakan gelar akademik apa yang kini disandang oleh dia. Dia pun membalas ucapan selamatku dan menjawan pertanyaanku yang sebenarnya tidak juga menjawab.

“Makasih dek. Sarjana patah hati,” jawab pria yang kini tengah ku cinta itu.

Mendengar jawabannya, akupun malah penasaran mengenai hubungan cintanya dengan wanita bernama Nissa yang sempat dihadirkan di panggung Indosiar itu. Aku mulai menebak-nebak, apa dia sudah tidak bersama Nissa. Ah, daripada penasaran, mending ku tanyakan langsung saja.

“Hahaha patah hati.. emang yang sama Nissa-nissa itu udah enggak?” tanyaku yang tak pernah dijawabnya.

Setelah saat ini flashback, memang benar tahun 2018 itu Fathan putus dengan Nissa. Fathan juga membagikan kisah cintanya dengan Nissa yang kandas di tengah jalan melalui tulisan di blog pribadinya. Blog itu baru aku baca beberapa bulan lalu ketika perasaanku pada Fathan mulai berubah dari hanya ngefans dan menjadi jatuh cinta.

Fathan sempat menjalani tur stand up dengan dua rekannya sesama lulusan kompetisi di Indosiar itu. Ketika Fathan membagikan flyer tournya di Insta Stories, aku pun membalas. Aku bilang dia untuk mampir ke Tangerang Selatan yang tak lain adalah kota ku.

Fathan hanya menjawab untuk doakan saja agar bisa sampai Tangerang Selatan. Saat itu aku amini namun tak begitu serius. Aku pun mebalas lagi dm nya di Instagram dengan menunjukkan bahwa aku fans setianya.

“Gue jadi garda terdepan deh kalo kelen-kelen show di sini,” godaku pada Fathan yang tak lagi dibalasnya.

Aku juga pernah mengirimi Fathan dm ketika aku tahu dia bermain dalam suatu episode sinetron di RCTI. Aku ingat betul, saat itu aku sedang bekerja di kantorku yang memang sister group dari RCTI. Televisi di kantorku memang sudah disetting hanya menyetel saluran RCTI, INews, MNC dan GTV.

Pas sekali, televisi dekat meja kerjaku sedang menyiarkan saluran RCTI. Di tengah kerja, aku sedikit melirik televisi tersebut dan aku melihat Fathan dari layar kaca. Dia memainkan tokoh sebagai seorang badut yang wajahnya bisa berubah menjadi Rifky Balweel.

Beneran niat, setelah lihat dia di layar kaca, aku langsung streaming RCTI dari handphone. Aku capture wajah Fathan dan langsung ku kirim melalui dm Instagramnya. Kalau dipikir memang ganjen sekali aku pada Fathan yang terkadang kini membuat aku malu.

“Wakakak jadi badut yang bisa berubah komuk jadi Rifky Balweel, menang banyak wkwwk,” kataku di tanggal 29 Januari 2019 lalu.

“Aktor watak ituuuuu hahahaha,” katanya untuk membalas dm ku yang tak lagi ku lanjutkan.

Ah... lumayan banyak balasan-balasanku untuk Insta Stories Fathan Ariendra. Namun saat itu persaanku benar-benar hanya seorang fans yang mengagumi publik figur idolanya sejak 2017. Fathan pun membalas dan hanya sekenanya.

Hingga akhirnya, pada awal 2021 aku melihat Fathan Ariendra kembali berkompetisi di Stasiun TV lain. Entah kenapa di situ aku merasa lebih senang melihatnya lagi di layar kaca. Seperti seseorang yang rindu berat dan tiba-tiba melihat sosok yang dirindukannya.

 Fathan lolos menjadi kontestan dalam kompetisi itu. Tapi jujur, di awal-awal kompetisi itu, aku tak melihat sosok Fathan yang ku kenal sebelumnya. Jokesnya tampak beda dari kompetisi sebelumnya dan kurang menghibur seperti dalam konten Instagramnya.

Tapi, aku masih selalu penasaran dengan penampilannya saat melawan para kompetitornya. Aku pun selalu berharap jika idolaku itu tidak close mic atau menjadi kontestan dengan nilai terendah di malam itu. Aku yakin kalau Fathan bisa jauh lebih baik ketika dia nyaman membawakan materi yang memang dia banget.

Benar saja, lambat laun Fathan yang lumayan terseok-seok di babak 8 besar akhirnya bisa menemukan jati dirinya. Fathan tampil begitu maksimal dengan materi yang dia bawakan di atas panggung. Bagiku sebagai penonton, aku melihat jiwanya begitu penuh, auranya begitu kencang ketika dia mulai menemukan jati dirinya.

Aku pun hampir selalu mengikuti pergerakan Fathan di kompetisi itu. Entah selalu menonton lewat televisi ataupun kepo dengan unggahan-unggahan di Instagramnya. Sampai suatu hari, aku lihat Fathan ke dufan bersama teman-teman satu kompetisinya.

Kalau tidak salah, waktu itu aku pun baru pulang dari dufan beberapa hari lalu. Ada penyesealan sedikit, ‘ah kenapa enggak ku hari ini ke dufannya biar bisa ketemu Feta,’ kataku saat itu.

Aku kembali sok kenal sok dekat lagi dengan Fathan lewat Insta Stories wahana Kereta Misterinya. Aku bilang kalau aku mau meninggal waktu main di wahana kereta misteri.

“Mo meninggal gue naik ini. Apalagi pas turun mundur,” kataku pada Fathan di tanggal 13 Maret 2021 lalu.

Fathan juga tampaknya merasakan hal yang sama bahkan sampai mau muntah katanya. “Iya, diputer-puter pas gelep muallll,” keluhnya.

Aku pun kembali bersikap sok kenal sok dekat dengan Fathan dengan mengajaknya untuk pergi ke Dufan bareng. Di sini aku juga tak memiliki ekspektasi apapun dengan balasannya. Ya, anggaplah kayak aku ngajak Adipati Dolken ke Dufan, nggak akan dibalas kan?

“Dufan bareng yuk Ta, wkwkwkw,” kataku sambil awkward sendiri.

Tapi ternyata ajakan isengku itu dibalas walaupun hanya lewat tulisan dan kini belum terealisasi juga. Tanpa ku duga-duga, Fathan justru malah mengiyakan ajakanku itu.

“Hahahah hayuk,” katanya.

                Dapat balasan seperti itu, langsunglah ku tembak terkait rencana ke Dufan bareng. Aku ajak dia hari Senin tapi dia balas ‘heyy lagi kompetisi loh ini,’ jawabnya. Hahaha iya juga ya, bodoh sekali sih aku.

Tapi di situ gue semakin punya keiginan buat ‘suatu saat gue bakal pergi ke Dufan bareng Feta’. Ya, hanya angan-angan tapi tetap ku usahakan.

Aku pun masih terus memberikan semangat untuk idolaku itu di kompetisi. Meski saat itu aku hanya membalas Insta Storiesnya dengan kalimat-kalimat motivasi sederhana.

“Aaaaak mangat Taaa u can do it!” kataku di tanggal 15 Maret 2021.

Feta pun membalas dukunganku walaupun hanya dengan kata terima kasih dan tak ada kelanjutannya. Hingga akupun mulai memperkenalkan diriku yang memang sudah mengidolakannya sejak penampilan perdana di layar kaca 2017 lalu.

“Fetaee gue followers lu dari jaman kompetisi sebelah. Pas lihat lu, gue langsung ‘love at first sight’ gitu karena lo selalu bawain materiout of the box,” kataku yang sudah beberapa kali dm tapi baru memperkenalkan diri.

Perkenalanku pun dijawab oleh sang idola humble yang mengucapkan terima kasih. Fathan juga berharap agar aku tetap suka padanya. Ah, kalau itu sih tanpa disuruh sepertinya aku akan terus suka padanya.

“Aaak makasih loh semoga terus suka yaa,” katanya.

Entah dari sejak itu, aku seperti merasa memiliki kedekatan lebih dari sebelumnya dengan Fathan. Ya, memang hanya perasaanku saja. Bahkan, sempat aku ditanya oleh seorang temanku mengenai kriteria cowok.

Tanpa berkata apa-apa, aku langsung buka Instagram, mencari akun @FathanAriendra. Aku langsung menunjukkan foto Fathan dan dengan bangganya aku bilang ‘ini tipe cowok gue banget’. Ya memang, Fathan seolah menjadi bentuk nyata dari list kriteria cowok yang ku suka.

Tak hanya dari penampilan fisiknya yang hug-able, aku tahu Fathan adalah sosok cowok yang family man seperti yang aku butuhkan. Aku bisa menilai itu dari hubungan dengan ibunya yang dia panggil sebagai umi. Dan ini benar-benar terbukti di cerita pertemuanku dengannya yang ke empat.

Enggak tahu kenapa, aku punya keyakinan yang cukup besar bahwa aku bisa berkenalan secara langsung dengan Fathan Ariendra. Walaupun aku sebenarnya tidak tahu bagaimana caranya dan kesempatan apa yang bisa mengantarkanku untuk bertemu Fathan.

Ada satu kejadian yang membuat aku tersadar bahwa setiap rengekanku selalu didengar oleh Allah meskipun aku tidak berdoa. Malam itu, sekitar pukul 01.30 aku sedang mellow, entah mengapa. Mungkin memang bawaan dini hari yang sepi dan aku tetap terjaga.

Saat itu, aku sedang buka-buka Instagram dan mulai melihat-lihat update-an following ku lewat Insta Stories. Kemudian, muncul Insta Stories Fathan Ariendra yang berisi fotonya dengan seorang kru Kompas TV.

Aku yang sedang mellow pun terkesan merengek dan membalas Insta Stories Fathan. Aku bilang, aku pengin foto bareng dia.

“Aaaah pengin foto bareng Fetaaaaa,” kataku di dini hari 24 Maret 2021.

Tak lama setelah menulis rengekanku itu, akupun terlelap dan melupakan apa yang terjadi pada dini hari tersebut. Hingga akhirnya, notifikasi dm ku berbunyi dan ada balasan dari Fathan Ariendra.

“Hayuuuuuuk,” katanya singkat.

Meski hanya mendapat balasan seperti itu, entah mengapa aku merasa senang. Akupun membalas lagi dengan singkat.

“Gas doooong Taaaaa,” kataku pada Fathan.

Setelah membalas dmnya, akupun melihat kalau Fathan dan kawan-kawannya beserta kru TV sedang ada di The Breeze BSD.  Aku lantas membalas Insta Storiesnya untuk memastikan bahwa idolaku itu benar ada di dekat rumaku.

“Fetaaaaa demi apa kau di The Breeze? Dekat rumah gue ituuu,” kataku dengan emosi senang yang tak terkira.

Aku juga bilang kalau ingin berteu dengannya sekaligus meminta izin. Maklum, Fathan saat itu masih menjalani program yang bisa jadi tak memperkenankannya bertemu dengan orang-orang luar.

“Gue pengin nyamperinnnnnn sumpah The Breeze dekat dari rumah gue,” kataku pada sang idola.

Padahal sebenarnya, rumah gue dengan The Breeze itu ngga dekat-dekat amat tapi gue sering lewatin jadi sudah berasa jalur sendiri. Di tambah, gue mikir jarak  The Breeze yang Cuma 5Km dari rumah gue itu sangat-sangat worth it untuk dilalui jika imbalannya bertemu Fathan.

“Iya nih di The Breeze di Spincity bowling. Hahaha sini,” katanya yang juga berarti mengizinkaku untuk menemuinya.

Aku lagi-lagi memastikan bahwa dia boleh ditemui oleh orang asing. Sekligus, aku memastikan jika kehadiranku itu tidak akan mengganggunya.

“Masih lama gak? Boleh ditemuin nggak sih? Wkwkw,” kataku sembari awkward plus senang tak terkira.

 “Wkwkwkwk santuy sih, baru mau main,” Katanya.

Rabu, 07 Februari 2018

Wedi Ombo, Pantai yang Mampu Menghipnotis Wisatawan


Tecermin dari namanya, Daerah Istimewa Yogyakarta benar-benar dipandang istimewa oleh para turis domestik maupun lokal. Provinsi ini dikenal sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan pariwisata. Objek wisata di provinsi ini sangat beragam, mulai dari candi, pantai bahkan objek wisata edukasi. Berbicara mengenai pantai, DIY merupakan provinsi yang kaya akan objek wisata pantai. Ratusan pantai terbentang di DIY bagian Selatan, tepatnya daerah Bantul hingga ujung Gunung Kidul.

Pantai dapat dikatakan objek wisata buruan para pelancong. Berbagai pilihan pantai yang mengagumkan ditawarkan oleh Provinsi ini. Salah satu pantai yang dikenal yaitu Pantai Wedi Ombo yang terletak di Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul.  Pantai ini merupakan salah satu pantai terujung  di Tenggara Wonosari.  Berjarak 77km dari pusat Kota Yogyakarta, lokasi dapat ditempuh selama 2 jam 15 menit dengan kendaraan pribadi.

Wedi Ombo menawarkan berbagai kegiatan air seperti memancing, berenang di spot kolam renang alami serta snorkeling.  Keindahan pantai ini mampu menghipnotis para turis agar betah berlama-lama di tempat ini, Sungguh ini merupakan salah satu bentuk anugerah Tuhan.
Wedi Ombo termasuk dalam gugusan pantai yang terletak di ujung timur dan hampir berbatasan dengan pantai yang terletak di Kabupaten Wonogiri.  Dalam bahasa Indonesia, Wedi Ombo memiliki arti pasir yang luas. Ini sesuai dengan keadaan pantai ini yang mempunyai pasir pantai yang putih dan luas terhampar mengikuti panjang pesisir.

Rasanya saya sangat egois jika tidak berbagi pengalaman mengunjungi Wedi Ombo. Dengan tujuan dapat menjadi refrensi, saya akan berbagi pengalaman saya. Saya mengunjungi Wedi Ombo September 2016 lalu. Ketika itu saya bersama tiga kawan berangkat dari Sleman pukul 13.00 WIB dengan mengendarai sepeda motor.  Perjalanan panjang kami tempuh untuk melihat salah satu keindahan yang Tuhan ciptakan. Perjalanan kami melewati Bantul, Gunung Kidul hingga Wonosari. Cuaca saat itu sedang hujan sehingga kami melakukan penundaan perjalanan di Gapura Gunung Kidul.  Medan yang kami lewati untuk mencapai Wonosari memiliki banyak tanjakan dan turunan ditambah keadaan jalan yang licin menuntut kami untuk lebih berhati-hati.
Sesampainya di daerah Wonosari kami melaewati jalanan dengan pemandangan ladang dan perkebunan nan asri. Udara masih segar tak terkontaminasi polusi. Sawah-sawah masih terhampar luas selama perjalanan. Tak jarang kami masih bertemu dengan para petani dan pekerja perkebunan yang hilir mudik di daerah tersebut. Kira-kira pukul 15.30 WIB kami tiba di destinasi tujuan kami. Tanpa berpikir panjang, saya yang sangat mengagumi air, langsung menghampiri bibir pantai dan menceburkan diri ke pantai. Pemandangan yang sangat jarang saya temukan di Kota Tangerang Selatan. kehausan saya akan pantai sangat terpuaskan dengan pantai ini. Ombak yang datang dan pergi, pasir bersih yang menggoda untuk disentuh serta jutaan batu karang yang beraneka bentuknya.  Sayangnya, cuaca sedang tidak cerah sehingga hasil foto kurang maksimal, namun begitu kepuasan di hati sangat terpenuhi.


Walaupun pantai mengagumkan ini terletak begitu jauh dari pusat kota Yogyakarta, namun kelelahan akan perjalanan terbayarkan sudah. Suatu saat, saya akan berkunjung kembali ke Pantai Ini. Bagi teman-teman pelancong yang berencana mengunjungi pantai, Wedi Ombo dapat dijadikan refrensi pantai yang worth it untuk dikunjungi.






Senin, 05 Februari 2018

Jangan Tertipu dengan Penampilan Bioskop di The Breeze







Halo.. selamat datang kembali di blog aku.. blog yang belum terarah genrenya. Kali ini aku mau cerita tentang bioskop yang masih terbilang baru di kalangan Tangerang atau Tangerang Selatan. Aku bakalan cerita tentang bioskop di The Breeze BSD.
Waktu itu aku lagi pengin banget nonton Dilan, secara aku udah baca 3 novel Dilan dan menjadi penasaran sama filmnya. Lalu aku coba browsing mengenai bioskop di sekitar Tangerang Selatan. Ketika sedang melihat detail bioskop, mata aku langsung tertuju ke The Breeze karena aku fikir The Breeze belum ada bioskop. Dengan pertimbangan jarak dan harga tiket yang murah, aku mutusin untuk nonton Dilan di The Breeze. Harga tiket nonton di The Breeze Rp.30.000, cukup murah dibanding bioskop yang lain. Dengan harga segitu, ekspektasi aku terhadap bioskop di The Breeze mungkin seperti bioskop-bioskop di mall lain yang harganya satu frekuensi.
Tiba harinya aku menyambangi XXI The Breeze. Aku tiba di The Breeze sekitar pukul 14.30 WIB dan agak bingung untuk cari parkirnya. Akhirnya setelah 10  menit, aku tiba di parkiran. Sejujurnya saat itu aku ga tau letak bioskopnya di mana. Dari parkiran aku coba ikuti jalan dan tidak jauh aku menemukan gedung cukup besar bertuliskan “XXI IMAX”. Kesan pertama yang aku dapat dari gedung bioskop ini yaitu mewah sekali. Dengan perbandingan harga, ini benar-benar mewah sekali. Kemudian aku masuk gedung dengan disambut petugas yang membuka pintu. Awalnya aku takut jika aku salah gedung, aku pikir mungkin ini bioskop yang mahal. Kemudian aku duduk di kursi tunggu sekitar 10 menit, kemudian aku membeli tiket dan benar, harga tiket tertera seperti di web.
Sembari menunggu film mulai, aku coba berkeliling gedung bioskop dan mencoba toilet di bioskop ini. Toiletnya sangat bersih dan terdapat banyak slot toilet. Sabun di wastafel toilet ini sudah modern sekali yaitu dengan sensor.
Intinya, bioskop di The Breeze ini statusnya berada di atas status nyaman. Bioskop ini terkesan eksklusif, dengan satu gedung besar tersendiri. Untuk teman-teman yang senang makan, jangan khawatir karena di bioskop ini tersedia resto atau kafe yang menyajikan aneka makanan dan minuman. Terakhir dari aku, bioskop ini worth it banget dan next aku akan jadiin bioskop ini sebagai pilihan pertama untuk nonton.

Jangan Tertipu dengan Penampilan Mewah Bioskop The Breeze, karena dibalik kemewahan gedung, bioskop ini menawarkan tiket yang murah. J

Selasa, 16 Januari 2018

First Trip Traveling Seorang Diri

Selamat datang (kembali) di blog gue!
Kali ini gue lagi insom, sekarang sudah jam 4 AM dan gue belum ngantuk. Setelah berguling-guling di tempat tidur, tiba-tiba gue ngecek galeri HP dan mata gue langsung tertuju di folder “JOGJA 20-25 MARET” dengan cover album kaki gue yang lagi selonjoran di bangku kereta. Gue buka foldernya dan tadaaaaa!! Langsung flash back deh gue sama first trip gue itu. Jadi gue memutuskan untuk menulis blog yang akan berbagi pengalaman ngetrip gue seorang diri. Oke, mulai ya..

Gue punya temen deket, deket banget malah.. dia cewek, satu SMP sama gue dan SMA kita pisah kemudian dia lanjutin kuliahnya di Sanata Dharma University Jogja. Selama dia di Jogja, dia selalu nyuruh gue samperin dia dan tanggepan gue itu, “ngga berani ah gue, apalagi naik kereta sampe lama gitu.”. Gue sih udah sering banget tanya dia kalo ke Jogja naik kereta berapa jam dan kalau naik bis berapa jam. Setelah denger durasinya, gue langsung males deh..

Suatu hari, gue iseng aja buka web PT.KAI dan ngecek kereta ke Jogja. Sumpah di situ gue bener-bener iseng doang tanpa ada niat sedikitpun buat ke Jogja. Gue juga belum punya tabungan buat traveling. Waktu gue liat tiket Jogja, ada kereta yang harganya Rp. 75.000 dan gue langsung berpikir, “why not ?” di sini gue merasa random banget. Terus gue langsung cari-cari tanggal yang masih ada tiket tersisa nya, ngga lupa tanggal buat balik dari Jogja, pilih tanggal juga random, ngga pake weton atau perhitungan hari baik. Setelah pilih-pilih tanggal, akhirnya gue memutuskan untuk berangkat tanggal 20 dan pulang tanggal 25 Maret 2016.

Selepas dapet tanggal baik buat ke Jogja, gue langsung bilang ke nyokap, “Mah aku tanggal 20 ke Jogja yaa..” nyokap kaget dan tak bisa berkata-kata (lebay) ya pokoknya nyokap masih ragu lah yaa dan suruh gue bilang sama bokap. Di luar ekspektasi gue, gue kira bokap bakalan nanya panjang sepanjang bon belanjaannya para shopaholic, kenyataannya bokap Cuma nanya berangkat tanggal berapa dan perlu duit berapa. Gue bilang aja, ongkosin aja tiga ratus ribu, entar kalo di sana kehabisan uang transferrin aja. Sesungguhnya itu adalah jawaban teraman biar diizinin. Coba kalo gue langsung bilang butuh gopek atau sejeti, pasti gak diizinin. Perkara di sana nanti, kalo kurang duit minta transfer aja, ngga mungkin toh bokap tega kalo anaknya luntang-lantung di tanah wakaf eh tanah rantau..

Berbekal duit dari bokap, gue langsung ke Indomaret buat beli tiket. Kenapa gue ngga beli di PT.KAI, soalnya setau gue PT.KAI pembayaran harus transfer sedangkan ATM gue lagi kosong saat itu. Setelah sampe di Indomaret, gue bilang mau beli tiket kereta ke mbak-mbak kasir terus doi nanya tujuan dan tanggal terus langsung kasih gambar denah tempat duduk buat gue pilih. Gue memutuskan untuk duduk di window pulang dan pergi. Pulang dari Indomaret gue langsung kirim foto bukti pembayaran tiket kereta ke sahabat gue yang di Jogja itu. Dia kaget  dan excited. Berhubung temen gue itu di Jogja ngekost, jadi aman lah yaa urusan tempat tinggal gue selama di Jogja.

Selang seminggu atau dua minggu (gue lupa, maap yee labil) dari gue beli tiket itu, akhirnya tiba saatnya gue berangkat. Perasaan gue saat itu campur aduk. Seneng iya, degdegan iya, takut sedikit. Perlu diketahui dan diulang-ulang, ini adalah trip pertama gue keluar Tanah Sunda dan gue melakukannya sendiri. Gue pilih kereta Progo dengan jadwal keberangkatan dari Pasar Senen pukul 22.30. Sangking excitednya, gue berangkat dari rumah abis maghrib! Coba lu bayangin, abis maghrib gue jalan sedangkan kereta gue berangkat jam 22.30, berapa lama gue nunggu di Pasar Senen? Fyi, sehari sebelum keberangkatan gue sempet ngga enak badan kayak masuk angina+sedikit diare, mungkin gue nervous. Gue berangkat dari rumah dengan membawa satu ransel berisi baju dan tas selempang untuk barang-barang kecil kayak dompet, hp, charger, powerbank dll. Ransel gue itu padet banget, iya lah baju buat 5 hari gue masukin ke ransel kuliah gue. Gue berangkat dari rumah dianter bokap sampe Stasiun Serpong, lanjut gue naik commuter line sampe Tanah Abang. Berhubung gue orangnya mageran dan udah ngga sabar buat pergi jauh, dari Tanah Abang gue naik ojol sampe Pasar Senen.

Setelah turun dari ojol, gue PD aja tuh masuk Stasiun Pasar Senen padahal gue ngga tau gue musti ngapain. Waktu jalan di lorong, gue ngeliat vending mechine yang lagi diantre in banyak orang. Gue nanya aja deh ke petugas, ternyata itu mesin yang ngeluarin tiket a.k.a mesin cek inl. Caranya, di layar si mesin  ketik kode booking yang tertera di bon pembayaran tiket indomaret dan kemudian tiket beneran terbit!! Gue langsung cetak tiket pergi dan pulang. Setelah gue cetak tiket, gue nunggu kereta di ruang tunggu. Gue liat jam dan itu baru jam setengah sembilan malem -______- sumpah gue bête dan gelisah banget nunggu. Gue nunggu sambil nyapa sebelah gue, mbak-mbak gitu, muka dan dialegnya Jawa dan dia juga naik progo. Di situ gue tau gue harus bergantung sama siapa. Gue lupa gue nunggu kereta sambil ngapain, tiba-tiba udah jam sepuluh aja dan speaker berbunyi pengumuman bagi penumpang Kereta Progo sudah boleh masuk ke peron. Dengan modal ikutin mba-mba tadi, gue pun bergegas. Di gerbang masuk, harus tunjukkin tiket dan ID card (KTP atau SIM). Gue sama si mba ada di gerbong yang sama tapi tempat duduk jauhan. Setelah duduk di kereta, gue pun mulai tenang. Btw, format bangku kereta nya 3-2 dan gue kebagian dengan 3 kursi penumpang.

Ngga nunggu lama, hal yang gue tunggu tiba juga, kereta gue jalan!! Lalu di situ gue panik sendiri, takut-takut ada barang penting yang ketinggalan. Lah kalo ada obat atau duit gue ketinggalan gimana -____- dan syukurnya ngga ada yang ketinggalan. Di kereta gue ngga berhenti kontekan sama sahabat gue dan orang rumah. Terus kira-kira jam 2 AM gue ketiduran dan sesekali bangun kemudian tidur lagi. Jam 6 AM gue beneran bangun gara-gara hp gue jatuh dari tangan gue, reflek dong gue bangun dan nundukin kepala gue buat cari hp di kolong bangku, dan aaakhhh syalaaan.. kepala gue kejedot meja kecil yang ada di tengah-tengah bangku. Lebih sialnya lagi, orang yang berhadapan sama gue lagi posisi melek alias ga tidur. Keliatan banget dia nahan tawa dan gue sok-sok majang muka bantal biar ga malu-malu banget. Jam setengah tujuh, hawa-hawa Jogja udah mulai kerasa. Gue ngeliat anak-anak sekolah pada berangkat naik sepeda, gue ngeliat sawah hijau yang jarang banget gue liat sebelumnya. Gue berusaha menyadarkan diri bahwa gue berhasil pergi ke Jogja  sendiri.

Sekitar jam 7 AM, kereta gue berhenti di pemberhentian terakhir sekaligus Stasiun Tujuan gue yaitu “Stasiun Lempuyangan”. Ngga lama, temen gue dateng buat jemput gue dan kita langsung ke kosan nya.

Seru ngga seru sih ya cerita gue, tapi kalo ngalamin sendiri pasti bakalan membekas di hati eaaaaaaakkkk.. next tulisan, gue mau nulis tentang :
1.       Destinasi yang gue datengin di Jogja
2.       Tips Treveling Sendiri untuk Pertama Kali

Tunggu yaa wishlist tulisan-tulisan itu ngga lama bakal jadi tulisan beneran kok..